34

61 6 3
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

guys hahaha,
aku mau minta doanya ya..
jd beberapa hari ke depan, ada satu hari yg berarti bgt buat aku..
do'ain ya, semoga di lancarkan dan Allah kasih takdir terbaik..
aamiinn..

semoga yg aamiin nya ikhlas, Allah limpahkan kebaikan.
dan yg aamiin nya terpaksa karena baca tetap Allah kabulkan🤍

- Arah Pulang -

        Aku menatap jam tangan saat jarumnya menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Aku yang baru keluar masjid mengetikkan pesan pada Ana. Menanyakan apakah acara pertemuan yang dilakukan sebelum magrib itu masih berlangsung atau tidak.

Tadi, aku sempat mengatakan tidak bisa ikut karena ada kerja kelompok yang aku kira akan sampai larut. Tapi kami pulang sebelum magrib dan memutuskan untuk melanjutkannya besok.

Kak Kei

Jangan pulang terlalu malam Jingga, Bunda masak serundeng kesukaan kamu.

Aku mendengus membaca pesan itu. Lihat, dia malah ikut-ikutan untuk tinggal di sana sampai keputusan sidang mereka. Aku tidak bisa membayangkan tentang itu. Bukankah gagalnya pernikahan akan selalu perempuan yang di salahkan?

"Kamu mau langsung pulang atau gimana?" aku menatap Asfa sebelum kembali menatap pesan yang masuk.

"Gue mau ketemu temen gue Fa. Lo duluan aja." dia mengacungkan jempolnya. Berjalan beriringan denganku sebelum taksi pesanannya itu datang.

"Hati-hati ya Ja?" aku mengangguk, melambaikan tangan menatap kepergiannya.

***

       Selalu saja kafe di depan sekolah yang dijadikan tempat berkumpul. Seakan tidak ada tempat menarik lagi. Aku dapat menatap mereka berempat yang sedang berdiskusi karena kafe itu memang hampir seluruhnya terbuat dari kaca.

"Sorry gue telat." mereka menatapku sambil melebarkan senyuman. "Duduk Bun," kata Ana sambil menarik tanganku agar terduduk tepat di sampingnya dan berhadapan langsung dengan Raka.

Aneh, laki-laki itu tidak mengatakan apapun dari setelah kejadian di lapangan basket. "Katanya mau ada fashion show lagi tahun ini, lo ikut Bun?" aku berpikir beberapa saat sebelum menggeleng membuat mereka mendesah kecewa.

"Kayaknya gue mau ikut debat Bahasa Indonesia aja deh. Tahun kemarin juga lo liat kan gue harus seribet apa pake gaun dan make up?" mereka tertawa kecil mendengar itu. Tapi Raka malah sibuk dengan handphone-nya.

"Ka, kasi tahu kali cewek lo lagi kumpul bentar." komentar Bela mendapat lirikan malas oleh sang empu.

"Gue sebel banget karena beda kelas gini sama kalian. Kalo tetapkan gue pasti mau ajuin lo bareng Raka lagi Bun," aku tertawa kecil, menangkap Raka yang bahkan enggan untuk melirik ke arahku.

"Kayaknya Raka gak mau deh sama gue lagi," sindirku membuat dia menatap. "Liat, handphone dia lebih menarik." lanjutku lagi membuat dia menurunkannya.

"Lo mau gue liatin lo terus?" tanyanya membuat kami seketika terdiam. Nada bicara yang ia lontarkan tidak seperti yang aku kenal.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang