AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.
Bahagia itu bagaimana cara kita menilai dunia.
- Arah Pulang -
Aku meneguk mineral, sengaja mengikat sebagian rambutku akibat panas menyengat, yang memapar kulit di jam sembilan pagi ini.
Menatap kelas XII IPA 2 yang kebetulan memiliki jam olahraga sama denganku. Menatap laki-laki yang tengah menyeka keringat di dahinya. Membuat denyutan bibir itu melengkung membentuk senyuman.
"Bun, tahu anak X5 ga si?" aku menoleh, menatap Bela dengan permen mangga di tangannya.
"Siapa?"
"Itu yang kemarin gue bilang make up-nya numpang banget loh." aku mencoba mengingat sebelum menganggukkan kepala.
"Dia keponakan kepala sekolah ternyata. Pantes gak ada anak OSIS yang berani negur." aku mendengus mendengar itu.
"Gak adil bangetkan? Aturan kalo ngelanggar, ya harus tetep di kasi sanksi lah. Ini nih, yang jadi masalah besar di Indonesia. Negara hukum, tapi gak mencerminkan demikian." balasku membuat mereka mengangguk serempak. Aku masih mencuri pandang ke arah laki-laki tadi.
Mendelik, saat ada anak kelas sebelas yang mendekatinya dan menyodorkan sebotol mineral. Aku beranjak, menatap Raka yang sedang memainkan sebotol ion di tangannya. Masih tersegel. Membuat aku berlari dan merebutnya tanpa izin.
"Woy Bun!" serunya saat aku langsung berlari mendekat ke arah Kak Ghifar.
"Takut Kakak haus. K... kebetulan tadi aku beli di kantin. Lupa kalo hari ini aku puasa sunnah." aku menatapnya dengan delikkan. Mana ada jika dia lupa bahwa hari ini puasa. Kalau pun iya, kenapa harus Kak Ghifar yang ia sodorkan mineral? Kenapa tidak ia kasihkan saja ke teman-temannya itu? Bohong yang tidak cerdas.
Aku menatap Kakak kelas satu tingkatku itu. Kak Ghifar hendak menerimanya sebelum aku menerobos masuk di tengah-tengah mereka.
"Wah, ada yang kasih lo minum ya? Padahal gue udah bawa ion buat lo." Kak Ghifar menatapku dengan helaan nafas pelan. Sedangkan wanita tadi menatapku dengan tatapan penuh penasaran.
"Oh, gak papa. Aku bisa kasihin ini ke temen aku." balas perempuan tadi. Dia tersenyum tipis, sambil menarik uluran mineral itu. Namun tercegah tangan Kak Ghifar yang menahan mineralnya.
Aku mendelik. "Makasih," ucap Kak Ghifar. Dia bahkan tidak melirikku sama sekali sebelum meninggalkan kami.
Aku mendecak, menatap perempuan tadi yang tengah menahan senyum dengan rona merah yang terlihat jelas di pipinya.
"Gak usah geer. Dia cuma ngehargain pemberian lo." ucapku ketus membuat dia semakin melebarkan senyumnya.
Aku mendengus. Sebelum menyusul Kak Ghifar yang tengah terduduk di pinggir lapangan. Meneguk mineral pemberian perempuan tadi membuat aku menatap malas dirinya.
Aku merebut paksa mineral itu, membuat dia tersedak sambil menatap tajam. Aku mengidahkan, membuang botol mineral itu ke tong sampah menciptakan delikan tajam darinya.
Aku menarik kaos lengan itu, meletakkan ion yang aku bawa di lengan bawahnya. Membuat dia sedikit tersentak dengan hawa dingin dari sebotol ion itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Pulang [END]
Romance"Kak Ghifar! Suka cewek yang kayak gimana?" "Taat sama Tuhan." "Mau memantaskan boleh?" Dialog yang membuat aku ingin sekali tenggelam di dasar samudra. Dialog awal yang membuka cerita baru dengan ending yang ternyata kembali menguras pilu. Ya, ka...