07

76 7 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Patah hati adalah konsekuensi pertama yang perlu di ketahui, saat jatuh hati.

- Arah Pulang -


       Aku berdiri di barisan paling depan. Tepat berada di hadapan pemimpin upacara minggu ini. Aku menahan senyum, menatap ia yang menatap barisan lurus. Seperti ingin menghindar dariku, meski nyatanya pasti mata itu tetap menangkap wajahku.

Dia membalikkan tubuh saat pembina upacara mulai memasuki area lapangan. Suara berat dan tegas menggema di lapangan SMA Brawijaya Senin itu.

"Bun, gue kira lo tobat sampe ikutan upacara. Kenyataannya cuma karena Kak Ghifar yang jadi pemimpin." Ana mendengus mengatakannya.

"Gila, muka gue merah banget ini." aku menatap Bela. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya di balik bayang-bayang setiap orang.

Aku mengidahkan, menatap punggung yang berdiri tegap dengan beberapa tanda keringat di sana. Aku tidak menemukan kejanggalan disana. Sebelum saat pembina upacara mulai memberikan amanat. Aku menatap ia yang mengelap keringatnya beberapa kali. Bahkan, kakinya sempat bergetar membuat aku terdiam dengan kerutan di dahi.

"Bun, Kak Ghifar kenapa tuh?" rupanya Ana juga melihat kejanggalan itu. Aku tak menjawab, mulai memundurkan langkah dan keluar dari barisan upacara.

Aku berlari, menuju Kak Andre yang kebetulan berjaga di belakang barisan. "Lo mau kemana?" tanyanya membuat aku langsung menarik lengan itu.

"Gantiin Kak Ghifar." ucapku pelan, tahu betul saat itu suasana lapangan sekolah sedang hening. Dia menatapku dengan pandangan penuh tanya.

"Dia sakit." Kak Andre tertawa pelan mendengar itu.

"Lo jangan ngada-ngada deh, orang dia lagi jadi pemimpin kan, sekarang?" aku mendelik mendengar itu.

"Ya makanya itu, dia sakit Kak. Gantiin sekarang." Kak Andre menggelengkan kepala sambil berjalan kembali ke tempat ia berdiri.

Aku mendecak, mencoba kembali memasuki barisan di mana aku berdiri tepat berada di belakangnya. Aku menatap tubuh itu mulai tak berimbang.

"Ja, gue takut Kak Ghifar pingsan." aku tak mendengarkan ucapan Ana. Menatap tubuh yang semakin tak seimbang itu.

Tepat saat tubuhnya hendak ambruk ke belakang. Aku berhasil memeluk tubuhnya. Tubuh yang berhasil membuat detak jantungku berkerja dua kali lebih tepat. Area lapangan ricuh, aku masih menahan tubuhnya sebelum mencoba untuk menidurkannya di pahaku.

Beberapa anak PMR mulai berlari, dia membopong tubuh Kak Ghifar dengan tandu. Pembina saat itu mencoba mengembalikan perhatian siswa agar kembali fokus di lapangan upacara. Sedangkan aku memilih untuk berlari untuk menuju UKS.

***

     Aku menatap anak UKS yang sudah membuka kancing atas. Mencoba untuk membalurkan kayu putih di dadanya, sebelum aku merebut itu. Aku tidak bisa melihat tubuh Kak Ghifar di sentuh wanita lain.

"Gue aja," dia terlihat ingin protes sebelum aku menatapnya tajam membuat ia memundurkan langkah.

Aku diam, menatap wajah itu. Bibir pucat yang anehnya tetap tidak melunturkan daya tarik yang ia punya. Aku meneteskan beberapa tetes kayu putih di dadanya. Saat tanganku hendak untuk membalurkan itu, aku kembali menariknya.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang