32

52 5 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN

andai setiap hari mood nulis terus🙂😢

- Arah Pulang -

       Ini tepat dua bulan, Kak Keisya sudah mengetahui keberadaanku meski aku masih belum siap bertemu. Harusnya dia yang marah bahkan memaki saat laki-lakinya malah mencintai aku.

Entah bagaimana, tapi aku merasa nyaman di sini. Seperti sarapan yang tersaji, suara teriakan Fajar saat pulang sekolah. Atau dia yang menangis karena di bangunkan subuh. Kalian jangan berpikir bahwa kali ini aku sudah menerima mereka dengan tangan terbuka. Aku hanya berhasil merasakan rumah yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Bukan berarti Kak Keisya tidak mampu menciptakannya, tetap saja banyak perbedaan saat seusianya di paksa untuk dewasa. "Bunda, Fajar gak mau pake baju itu. Jelek tahu!" komentarnya sambil berlari tanpa baju.

Aku menikmati pemandangan itu sambil memangku laptop, sudah beraktivitas seperti biasanya melanjutkan sekolah. Aku mulai memakai pakaian panjang meski belum mau untuk berhijab atau memakai gamis.

"Fajar jangan buat Bunda capek lari, cepat sini!" teriak wanita itu, menatap Fajar dengan pandangan lelah.

Hari ini weekend, dia memilih untuk menghabiskan waktu di rumah karena biasanya sibuk dengan bisnis Papa yang harus ia tanggung. Aku dengar, keponakannya juga ikut membantu. Ah, bahkan sampai saat ini aku belum tahu namanya.

Aku beranjak, berhasil mencekal tangan Fajar yang berlari menuju gazebo belakang. "Pake baju," titahku membuat dia menatapku memohon.

"Aaa, Kak Jingga Fajar gak mau pake kaos pink." rengeknya membuat aku mendengus.

"Sama-sama baju." komentarku membuat dia masih berusaha melepaskan cekalan. "Tapi warna cewek!" balasnya.

"Tapi ini kan gambarnya tetap robot." balas ibunya berlalu menghampiri. "Gak mau, gak mau, gak mau!!!" teriaknya berhasil lepas dari tanganku.

Dia hendak berlari keluar, menabrak tubuh seseorang membuat dia mendongkak. "Abang! Tolong Fajar!" adunya dengan rengekan.

"Kenapa?" keponakan wanita itu mengangkat tubuh Fajar untuk ia gendong.

"Bunda sama Kak Jingga paksa Fajar pakai baju pink." laki-laki itu tertawa pelan, menampilkan lesung pipinya yang tidak terlalu kentara.

"Kenapa memangnya? Kan bagus." dia mulai berjalan mendekat ke arah kami. Mengambil alih baju di tangan Tantenya itu.

"Ini gambar robot kesukaan Fajarkan?" Fajar menatapnya sebelum mengangguk pelan. "Kenapa gak suka?"

"Warnanya pink, kayak baju perempuan." adunya membuat laki-laki tadi tertawa. "Oke, jadinya mau pake baju warna apa?"

"Hitam!" balasnya membuat aku mendengus, dia turun dari gendongan. Berlari kecil ke arah kamarnya di ikuti oleh keponakan perempuan di sampingku.

***

      Aku keluar kamar, saat itu pukul lima sore menjelang magrib. Aku berjalan ke arah dapur sebelum terdiam menatap seseorang yang sedang berdiri di balik penghalang yang menembus ruang televisi.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang