Spesial Chapter

97 8 3
                                    

siapa siapaa yg mau ketemu ghifarrr?
kgn ya sama mas sunflower?
ini sudut pandang dari Ghifar yaa,
tapi ceritanya pas Senja udah nikah..

satu part aja jgn minta lebihh😡

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

     Gue hancur.

Kalimat sehancur-hancurnya orang hancur akhirnya berhasil gue rasakan. Bagaimana mungkin? Gue meletakkan cinta pertama dengan begitu hebat bahkan merancang sebuah alur menghendaki ketentuan Rabb gue sendiri.

"Temen gue mau kenalan, lo mau coba gak?" gue yang sedang memeriksa schedule praktek melirik sebentar.

"Lo perlu buka hati Ghif," gue masih diam, membuat laki-laki di hadapan gue yang sudah gue anggap sebagai keluarga sendiri mendengus.

"Lo gak bisa selalu meletakkan nama Senja di tahta tertinggi perasaan yang lo punya." Gue menatapnya saat dia berhasil menyebutkan nama perempuan itu. Perempuan pertama yang berhasil membuat gue percaya sekaligus trauma tentang cinta.

"Gak tertarik." Dia berdecak mendengar ungkapan itu. Gue melirik sesaat arloji sebelum memutuskan untuk beranjak.

"Gue ada perlu, bill nya udah gue bayar." Dia mendengus, sedikit kecewa saat tujuan awalnya untuk bertemu dengan gue sia-sia.

"Tanggal tujuh lagi?" Gue yang hendak melangkah meliriknya. "Lo merayakan kematian perasaan lo sendiri, Ghif." Gue memilih untuk meneruskan langkah meski gue sadar apa yang baru Alam ucapkan adalah benar.

***

      "Selamat tanggal tujuh Mas Ghifar," Gue tersenyum kecil sebelum memasuki kawasan rumah yang dari dulu gue persiapkan namun belum pernah gue tempati.

Perempuan yang gue harapkan menjadi peletak peraturan utama di rumah ini telah memilih rumah lain. "Bunga mataharinya aman kan Bi?" Perempuan yang bertugas untuk merawat rumah itu mengacungkan jempolnya.

"Mau ke taman belakang lagi Mas? Mau dibuatkan teh atau kopi?"

"Kopi aja," Gue melangkah, menatap jajaran bunga matahari yang indah. Sama indahnya dengan bola mata itu. Gue melirik ke arah pohon besar sebelum melangkah ke arah sana.

Gue berdiri, menatap inisial nama dengan emoticon love yang masih tercetak jelas di sana. Miris, perasaan yang katanya sama abadi dengan pohon ini adalah dusta.

"Nanti, beberapa tahun yang akan datang. Dan pohon ini masih berdiri di sini. Gue harap, perasaan gue ke lo juga tetap sama Kak, seperti hari ini."

"Kalo pohonnya di tebang?"

"Di sini akan tetap lo."

"Seyakin itu setelah lo ketemu banyak manusia baru lagi?"

"Memangnya ada manusia yang sama bisa bikin gue jatuh cinta, sama kayak lo?"

"Jangan mengatakan sesuatu yang di luar kendali lo, Senja. Termasuk perasaan."

"Dari jutaan manusia yang datang, kalo sampai saat itu gue belum capek untuk jatuh cinta dengan lo. Lo akan selalu jadi pemenangnya Kak. Yang lain akan selalu kalah. Karena seberapa banyak pun manusia baru yang gue temui, kalo itu bukan lo. Gue gak mau."

Gue mengusap mata saat merasakan bola mata itu menguap, lalu mengelus tengkuk sebelum menatap langit sore ini.

Benar, gue berhasil memiliki tempat yang menjadi saksi pernyataan cintanya. Tapi gue gak pernah berhasil memiliki manusia yang menyatakannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang