44

67 5 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

     Aku memeriksa e-mail yang memerlihatkan stok kemasan skincare yang semakin melonjak. Sempat mengirimkan e-mail kepada kepala bagian perancangan kemasan agar segera memproduksi lebih banyak lagi.

Karena kemasan yang aku gunakan berasal dari daur ulang limbah plastik yang kembali di sterilkan, maka akan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Hal ini aku lakukan agar produk yang aku jual tidak semakin membuat tumpukan limbah yang sulit terurai itu.

Para pelanggannya pun akan di beri diskon jika mengembalikan lagi kemasan skincare yang mereka beli agar tidak menumpukkan limbah.

Setelah itu aku memeriksa kembali laporan keuangan yang kemarin tidak aku selesaikan dan menyamakannya dengan uang perusahaan yang ada.

"Harus banget sampe lembur? Biasanya kamu gak bawa pekerjaan ke rumah," Kak Keisya mengatakannya setelah meletakkan secangkir teh hangat.

"Pembeliannya melonjak, gue harus menyesuaikan dengan omset yang ada." sautku membuat Kak Keisya mengangguk.

Aku menyeruput teh hangat buatannya, sebelum kembali fokus dengan ipad. "Kakak kemarin ketemu temen kamu loh," dahiku mengkerut, meliriknya sekilas dengan penuh tanya.

"Pas di rumah sakit, dia pake stelan dokter. Namanya Ghifar kalo gak salah." aku menghentikan tanganku yang bergerak di atas ipad, sebelum kembali mencoba fokus dan pura-pura abai dengan ucapan Kak Keisya.

"Awalnya Kakak gak kenal, tapi Ghifar nyapa duluan. Katanya temen kamu yang waktu itu bawain mie ayam." aku mencibir dalam hati. Apa yang dia maksud mengatakan teman?

"Keren ya? Udah dokter aja itu anak, katanya dia lulusan Jepang?" aku menghela nafas, menatap Kak Keisya dengan sebal. "Ya gak tahu Kak, udah deh jangan bahas dia." sautku.

"Kamu udah ketemu berarti?" aku menghela nafas mendengar pertanyaannya sebelum mengangguk pelan.

"Kok gak cerita sama Kakak?" aku meletakkan ipad, mencubit pelan pipinya membuat dia meringis. "Bukan sesuatu yang menakjubkan, kenapa gue harus cerita?" dia memukul pelan lenganku.

"Sayang? Liat berita gak?" percakapan kami terhenti saat manusia menyebalkan itu masuk dan terduduk tepat di samping Kak Keisya.

"Berita apa?" Tangan Kak Keisya menyentuh tangan Kak Alif yang sedang mengelus perutnya membuat aku mendengus sebelum kembali mengambil ipad.

"Sebenarnya belum tentu benar, tapi dugaannya pemerintah bakal mematok pajak tinggi buat kantong plastik-"

"Bagus dong, dengan adanya pajak plastik yang tinggi bisa menurunkan penggunaaan plastik di masyarakat. Jadi nanti plastik bakal berkurang dan lingkungan pun jadi asri." timpal Kak Keisya membuat aku meletakkan kembali ipad di dalam pangkuan.

"Nggak Kak, gue gak setuju." sautku membuat satu pasang manusia itu menatapku dengan pandangan tanya.

"Loh, plastik kan barang satu kali pakai dan bakal lama banget terurai Ja. Kalo semakin menumpuk, bakal jadi biang penyakit apalagi butuh waktu ratusan taun buat terurai. Satu lagi, saat terurai plastikkan bakal ngelepas bahan kimia berbahaya ke dalam persediaan air atau ekosistem laut. Jadi bagus dong? Karena pemerintah ngeberlakuin pajak plastik yang tinggi, masyarakat bakal mikir dua kali buat pakai jadi plastik gak di gunain lagi." asumsinya tak sependapat dengan sautanku tadi.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang