17

69 7 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.A

"Salat adalah tiang agama, barang siapa mendirikannya, maka sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu"

- Arah Pulang -

      "Bun!" aku tersentak, mendengus pelan saat Bela memanggilku di lapangan sana. Aku mulai berjalan, mencepol rambutku dan membiarkan matahari pagi memberikan sapaan hangatnya.

"Gila, ber-damage banget jalannya." aku menepuk dadaku bangga, membuat Ana di ujung sana melemparkan sebuah kerikil padaku.

"Ini gak jadi olahraga kah?" tanyaku membuat mereka menggeleng. Aku mendengus menatapnya.

"Gue gak liat Pak Galang dari pagi. Kayaknya free." balas Zaki membuat semua anak kelas melenguh. Masalahnya, jika pelajaran olahraga ini tidak di isi. Maka Bu Hana, selaku guru Matematika akan meminta jamnya dipajukan.

Kalian harus tahu, dia akan menambah jam pelajarannya menjadi empat jam sehari itu. Katanya, calon mahasiswa harus bisa dilatih untuk banyak belajar. Tapi maaf, itu tidak berlaku untukku.

"Kelasnya di satuin sama kelas 12." Zaki meneguk mineral milikku membuat aku mendecak kesal.

"IPA 3?" tanya Bela di balas anggukan olehnya. Aku masih bersikap tenang saat sebelum Ana mengatakan sesuatu. "Itu kelas Kak Ghifar kan?"

Raka menatapku, aku menggedikkan bahu. Merasa bahwa hal itu tidak harus di besarkan. Lagian aku tidak mengiyakan untuk menjauh dari Kak Ghifar kan? Hanya akan berusaha untuk menimalisir tentang harapan itu.

Tak lama setelah itu anak kelas dua belas mulai bergabung. Semuanya berbaris untuk memulai pemanasan. "Ja, bikin barisan baru aja." aku menggelengkan kepala. Tidak ingin mengambil alih barisan pertama di saat sadar sedang berada di kawasan senior.

"Maju aja," satu orang kelas dua belas menarik lenganku. Membuat aku berada di barisan paling depan, lebih sialnya tepat di samping Kak Ghifar.

Aku mengidahkan, seakan tidak peduli ada manusia lain yang tengah berdiri dengan tenang. Namun tidak menenangkan untuk detak jantungku.

"Satu, dua... tiga, empat... lima, enam... tujuh, delapan..."

"Lari woy lari!" aku ikut berlari mengelilingi lapangan. Mendengus saat Zaki menarik rambutku yang terikat sambil tertawa pelan.

"Bun, kecil banget langkahnya." dia yang baru melewatiku kembali berbalik, meledek langkah kecilku membuat aku memukul pelan lengannya.

"Balapan sama gue mau?" aku menatapnya sambil menaikkan satu alis.

"Yang kalah jajanin selama satu minggu full." aku langsung berlari mendahuluinya membuat dia mengumpat.

"Curang anjir!" serunya membuat aku tertawa pelan. Masih mencoba berlari sekuat tenaga sambil beberapa kali menatap ke arahnya, takut dia akan menyaingi langkahku.

"Bun?" aku mendorong tubuh Raka yang menghalangi jalan. Dia mengumpat membuat aku memberikan cengiran.

"Gue lagi lomba Ka," seruku membuat dia menaikkan alis sebelum tubuhnya tertabrak oleh Zaki. Aku tertawa, menatap mereka yang adu mulut di tepi lapangan sana.

"Jajanin seminggu ya Ki!" seruku membuat Zaki mendengus di ujung sana. Lalu kembali menyalahkan Raka atas kekalahannya itu.

Setelah pemanasan, anak kelas sepuluh di perintahkan untuk mempelajari bagaimana cara melakukan chest pass dalam permainan bola basket.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang