30

64 5 2
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Pada akhirnya, semua tunduk pada ketetapan Tuhan.

- Arah Pulang -

      Aku berlari, mengambil kunci mobil dengan tergesa. Bahkan aku bergetar dan terisak saat merasa sangat sulit memasukkan kunci. "Bun!" Bela membuka pintu mobil kasar, dia menarik tubuhku agar keluar.

"Lo gila? Mau kemana?!" tanyanya. Saat itu Ana, Raka dan Zaki ikut keluar mengejarku.

"Gue harus ketemu Kak Ghifar," ucapku sambil memberontak untuk di lepaskan.

"Udah malem Ja. Besok aja kita pulang," saut Raka membuat aku menatapnya dengan mata memerah.

"KAK GHIFAR PERGI SEKARANG KA! GUE GAK BISA NUNGGU BESOK!" Ucapku tajam membuat semua orang menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Lepasin gue Bel!" cekalannya pada tanganku semakin ia kuatkan. "Lo tahu gak si? Lo tahu gak gue udah berusaha untuk gak nemuin dia dua bulan ini?! Lo tahu gak gimana tersiksanya gue saat harus ngelawan perasaan rindu itu?!"

"Dia mau pergi! Gue gak tahu perlu waktu berapa tahun buat ketemu lagi! Kalian bisa gak ngerti posisi gue?! Gue cuma mau ketemu Kak Ghifar! Setidaknya gue ngasih salam perpisahan!" teriakku membuat Bela mendorong tubuhku hingga menubruk mobil.

"Lo gak punya otak?! Kita lagi di puncak! Ini udah jam 12 malem Senja! Lo pikir jalannya bakal seterang di kota?!"

"Lo pikir dengan lo maksa kayak gini bakal ketemu Kak Ghifar?! Dia bakal take of setengah jam lagi dan lo berharap bakal ketemu dengan perjalanan dua jam?!"

"Mikir Senja!" teriaknya membuat tangisku pecah. Tubuhku beringsut menyentuh tanah, aku menangis di sana. Bela menyentuh bahuku, beralih mendekap tubuh membuat tangisku semakin pecah.

"Plis gue mau ketemu Kak Ghifar," ucapku pelan. Aku tersentak saat mendengar Raka menendang ban mobil.

Semuanya menatap Raka dengan pandangan bertanya, "Lo gak sadar kalo selama ini dia cuma bisa buat lo nangis?!"

"Lo bisa mikir cerdas buat suka sama orang yang gak suka balik sama lo?!-"

"DIA SUKA GUE!" Teriakku masih dengan tangisan. Ana ikut menenangkan dengan mengusap bahuku pelan.

"Lo gak usah sok tahu tentang perasaan dia ke gue! Dia mencintai gue Ka! Mencintai gue!" tegasku membuat dia terdiam.

"Setelah satu tahun, gue berhasil jadi perempuan pertama yang dia cintai! Dan di waktu itu juga gue harus liat dia pergi dalam kurun waktu gak sebentar! Lo mana paham tentang itu!" dia menatapku dengan mata tajam.

Menarik tanganku agar kembali berdiri, dia membenturkan tubuhku pada mobil sedikit keras, masih mencengkram tanganku sedikit kuat.

"Lo gak tahu perasaan itu Ka," ucapku lirih. Dia masih menatapku, "Gue emang gak pernah tahu perasaan itu, karena lo gak kasih kesempatan." ucapnya sebelum menghempaskan tanganku kasar.

Dia menjauh, berjalan keluar vila dan menendang apapun barang di sekitarnya. "Biar gue susul," Zaki ikut berlalu sambil mengejar langkah Raka.

***

      Sorenya kami sudah sampai di rumah masing-masing, meskipun aku dan Raka masih berperang dingin. Aku merasa mataku sangat berat akibat menangis malam tadi.

Aku mencari Kak Keisya, menatap pintu luar yang terbuka sambil memijakkan kaki di ruang tamu sebelum suara pecahan piring terdengar, berbarengan dengan suara debatan panjang yang membuat aku mendekat.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang