31

53 6 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

malem ini mau double lagi atau up besok ajaa?

- Arah Pulang -

      Aku menatap rumah yang terasa asing, terdapat beberapa foto keluarga yang terpajang. Memperlihatkan keharmonisan di dalam jepretan kamera itu. "Duduk dulu," aku kembali tertarik dimensi, menatap manusia tadi yang sepertinya sedang berjalan ke arah dapur.

Satu bingkai foto menarik perhatianku. Aku berjalan mendekat sebelum menyentuh foto itu dengan senyuman tipis, tak sadar mataku malah berkaca-kaca menatapnya. Tampak begitu bahagia di dalamnya, menatap sunset di danau liburan kala itu.

Tangan yang saling bertaut dan satu manusia yang sedang mengikat rambut anak di pangkuannya. "Bunda?" aku tersentak, beralih menatap anak kecil yang baru menuruni tangga dengan mata yang terlihat masih mengantuk. Seperti terbangun paksa dari tidurnya.

"Kak Jingga?" matanya beralih menatapku sebelum senyuman itu terbit di bibirnya. Dia berlari, memeluk pinggangku membuat aku tersentak beberapa saat.

"Lepas," ucapku sambil menurunkan lengannya yang melingkar. "Kak Jingga mau nginep?" tanyanya antusias.

"Fajar kok belum bobo?" manusia tadi membawakanku secangkir teh panas dan meletakkannya di meja.

"Bunda pergi kemana? Fajar tadi bobo tapi pengen minum." adunya manja membuat aku mengalihkan pandangan.

"Bunda ada pekerjaan sedikit sayang." wanita itu memangku Fajar sambil mencium pipinya lembut.

"Kak Jingga mau nginep Bunda?" tanyanya sambil menatap ke arahku. "Bunda si berharapnya seperti itu," dia mengatakan itu sambil menatapku.

"Gue balik kalo mobil gue udah di sini. Lo udah telepon orang yang bisa bawa mobil itukan?" dia mengangguk menatapku sambil tersenyum.

"Tapi kayaknya pagi baru bisa di antarkan. Lagian kamu mau kemana malam-malam?" aku mendengus mendengar itu.

"Lo gak perlu tahukan?" dia membalasnya dengan senyuman hangat. "Tidur di sini dulu, Papa kamu pasti senang." aku memalingkan wajah mendengarnya.

Kembali menatap album foto bersama Papa, Mama dan Kak Keisya tadi. "Dia nyiapin dua kamar di sini untuk Keisya dan kamu. Kamar yang untuk Keisya di pakai keponakan Bunda, tapi kamar untuk kamu masih terjaga." katanya.

"Papa kamu itu selalu pergi ke sana untuk membersihkan, bahkan nggak mengijinkan siapapun masuk kecuali dirinya. Katanya biar kamu jadi orang pertama yang melihat itu-"

"Gue mau pesen grab," potongku membuat dia menatap tak paham. "Gue pinjem handphone buat pesan dan besok gue bakal ke sini buat ambil mobil."

"Kak Jingga bobo di sini aja." anak kecil yang matanya sudah mulai mengantuk itu masih ingin terlibat percakapan dengan kami.

"Bunda telpon Kak Keisya aja ya?-"

"Jangan!" potongku cepat, dia sempat tersentak sebelum menatapku dengan penuh tanya. "Kalian berantem?" aku tidak membalas ucapannya.

Dia menghela nafas melihat respon itu. "Tidur di sini dan Bunda gak akan kasih izin untuk keluar malam." aku menatapnya tak terima.

"Bisa jangan bersikap seperti lo adalah ibu gue?" balasku membuat dia menipiskan senyuman. "Bunda mau tidurin Fajar, kamu bisa naik ke atas. Di bilik pintu ada nama kamu kalo kamu bingung." Dia meninggalkanku membuat aku mendengus.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang