AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN
- Arah Pulang -
Aku menatap hujan yang semakin deras, menghirup aroma tanah yang masih menjadi aroma paling menenangkan. "Ribet ya?" aku menatap laki-laki di sampingku. Saat itu halte memang hanya berisi empat orang. Dua diantaranya adalah aku dan laki-laki itu.
"Cinta beda agama?" tanyanya lagi membuat aku mendengus. "Lo nguping?" dia mengeratkan jaket ditubuhnya saat udara lumayan menusuk.
"Mobil gue di samping mobil pacar lo, jadi gue harus nunggu mereka debat dulu." aku mendelik, "Bukan pacar gue." balasku membuat dia mengangguk.
Hening diantara kami, aku memajukan tangan untuk merasakan dinginnya air hujan. Memejamkan mata lalu menghirup udara membuat paru-paruku terasa mendingin. Laki-laki itu menatap jalanan, berdiri tepat di sampingku dengan jarak yang tidak terlalu dekat.
"Lo pernah jatuh cinta?" tanyaku sebelum melirik ke arahnya, dia diam. Melirik ke arahku sebelum menatap kembali menatap buliran hujan.
"Manusia gak normal yang gak pernah jatuh cinta." balasnya membuat aku mengangguk. "Lo pernah berdoa buat disatukan dengan orang itu?" dia menghela nafas pelan.
"So' tau banget lo soal masa depan, sampe yakin bakal selalu aman kalo kalian saling bergenggaman." aku tersindir mendengar kalimat itu.
"Nama yang sekarang lo tulis di buku, belum tentu sama dengan nama yang Tuhan tulis di dalam catatan takdir lo." aku mengedarkan pandangan ke segala arah, merasa dadaku sesak sebelum menggigit bibir menahan desakan yang ingin dikeluarkan.
"Senja, manusia diberikan kesempatan untuk merasakan jatuh cinta. Entah itu satu kali atau puluhan kali sebelum mereka menemukan ikatannya. Bentuknya itu bisa sebagai ujian, tergantung mau lo sikapi kayak gimana dan lo mau ngerasain dampaknya kayak apa." aku menunduk dalam.
"Gue gak pernah seberani itu untuk mendoakan manusia yang jelas belum tentu baik di mata Tuhan." aku masih belum memberikan respon, bergelut dengan rasa sesak yang menggeluti dadaku.
"Maaf kalo gue ikut campur, tapi hubungan dengan benteng tinggi tanpa gue jelaskan- gue rasa lo tahu endingnya bakal kayak gimana."
"Saat memulai sebenarnya lo tahu ending itu, tapi lo gak mau sadar." aku menyeka air mata itu sebelum menghirup udara dalam.
"Melibatkan dua perasaan aja rumit, apalagi dua Tuhan.-"
"Bukan dia." potongku cepat. "Gue gak pernah terjebak dengan hubungan yang jelas Tuhan haramkan. Apalagi membangun hubungan haram dengan manusia yang jelas beda keyakinan." tambahku membuat dia terdiam.
"Gue bisa apa saat perasan itu gak pernah ada, meskipun delapan tahun dia berhasil membuat gue merasa di ratukan?"
"Tapi lo tau gak si gimana rasanya? Saat delapan tahun gue mencintai laki-laki lain, sama selama itu juga dia mencintai gue. Gue kayak ngerasa jadi manusia paling jahat-"
"Bukan lo yang minta perasaan itu hadir." potongnya. "Bukan salah lo saat perasaan itu memang gak terbalas." tambahnya lagi membuat aku terisak pelan.
"Pake," dia menyodorkan jaketnya, aku melirik menatap manusia berkaos hitam polos dengan lengan pendek. "Lo kedinginan," sautku membuat mendengus.
"Lebih menyedihkan isak tangis lo yang kedengeran orang lain." sautnya membuat aku mendelik. Aku mendorong jaketnya sebelum menghapus air mata itu kasar.
***
"Ini terakhir Ga, Kak Kei janji." dia memaksaku akan menerima CV ta'aruf, kali ini bukan berbentuk soft file tapi hard file.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Pulang [END]
Romance"Kak Ghifar! Suka cewek yang kayak gimana?" "Taat sama Tuhan." "Mau memantaskan boleh?" Dialog yang membuat aku ingin sekali tenggelam di dasar samudra. Dialog awal yang membuka cerita baru dengan ending yang ternyata kembali menguras pilu. Ya, ka...