54

57 5 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Dan Tuhan tidak pernah salah untuk menggiring manusia pada takdir-Nya.

- Arah Pulang -

     
       Aku menatap payung yang sengaja disandarkan tepat di belakang pintu ruangan kerjaku. Menimang dan menghadirkan ribuan tanya atas kejadian tiga bulan lalu. Siapa laki-laki itu? Mengapa memberikanku payung? Dan bahkan mengapa dia rela untuk menutupi kepalanya dengan tas karena memberikanku payung miliknya? Kenapa dia tidak memberikan kesempatan untuk aku mengucapkan terimakasih? Kenapa?- Ah, aku rasa banyak sekali pertanyaan yang ingin aku lontarkan.

"Kak, pemotretan produk hari ini setelah magrib ya?" lamunanku membuyar, aku menatap Saskia sebelum mengangguk mengiyakan.

"Fotografernya ganti Kak, kata pihak Pak Lutfi fotografer yang biasanya udah gak bekerja sama lagi." aku mengerutkan alis, kenapa tidak di katakan sejak awal? Dari pertama kali pemotretan produk milikku selalu di lakukan oleh Mas Erwin, sudah hampir empat tahun aku mempercayakan padanya karena hasil potretnya tidak mengecewakan.

"Loh aturan bilang dari awal dong, kenapa baru sekarang bilang di ganti?" tanyaku protes. Saskia menggeleng pelan mendengar itu.

"Tapi katanya fotografer ini juga berpengalaman Kak," sautnya membuat aku menghela nafas. "Yang punya pengalaman belum tentu bakal secantik hasil biasanya. Apapun itu, harusnya Pak Lutfi konfirmasi dulu ke kita."

"Terus gimana Kak? Mau di batalkan aja?" aku menghela nafas, menimang keputusan paling tepat untuk saat ini.

"Fotografernya udah dateng?" Saskia menatap arloji ditangannya di iringi suara adzan magrib yang berkumandang. "Kemungkinan besar sudah Kak, tadi sekitar jam lima sore dia konfirmasi lagi di perjalanan."

Aku menghela nafas kembali, "Ya udah kita lanjutin aja. Tapi kalo sekiranya nggak bagus, next time kita gak pake jasa dia lagi." Saskia mengangguk sebelum pamit keluar ruangan.

***

      Kakiku yang hendak melangkah terhenti, aku tertegun dengan suara lantunan ayat Al-Qur'an yang memerdukan telinga. Baru kali ini aku mendengar imam kantorku membacakan surah seindah ini. Ada dua kemungkinan, imam tersebut adalah bukan orang kantor atau mungkin orang kantor yang baru berani untuk menjadi imam setelah sekian lama.

Setelah selesai shalat, aku melipat mukena dan kembali memakaikan kaos kaki. Karena proses pasca shalat antara perempuan dan laki-laki memiliki frekuensi yang tidak sama, aku keluar saat keadaan mushala sudah sepi.

"Kak, itu ayam bakar Kakak yang pesan?" tanya Saskia saat aku baru saja meletakkan mukena di ruangan kerja.

"Iya, itu buat para pegawai. Kasih untuk fotografer sama teman-teman mereka yang ikut. Jangan mulai pemotretan sebelum kalian isi perut dulu." ucapku membuat Saskia melebarkan senyumannya. "Makasih banyak Kak, semoga Allah dekatkan jodohnya." Aku mendelik mendengar itu sedangkan sang empu tertawa pelan dan berlari ke luar ruangan.

Sebenarnya yang tersisa di kantor hanya beberapa orang saja yang memiliki tanggung jawab untuk pemotretan, sisanya mereka pulang setelah magrib atau bakan setelah asar. Aku yang baru membereskan meja kerjaku tersentak dengan satu notifikasi yang masuk.

CV ta'aruf lagi. Benar, sejak mengetahui aku patah hati karena di tinggal nikah manusia tanggal tujuh itu, Kak Alif dan Kak Keisya gencar sekali mencarikanku pasangan. Meski pada akhirnya mereka tahu bahwa aku tidak akan pernah tertarik. Aku bahkan tidak pernah sama sekali membaca CV itu, bukan tidak menghargai tapi kembali membuka hati membutuhkan proses yang nggak sebentar.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang