57

39 5 3
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

     Selesai shalat malam, aku berjalan ke arah balkon. Sengaja aku bukakan jendelanya agar angin pagi masuk hingga menusuk sampai tulang. Aku masih menggunakan mukena, menatap indahnya bulan membuat aku menerbitkan sebuah senyuman. Sebelum mataku terpaku pada sebuah objek yang terletak di atas meja dalam kamarku.

Aku menyilangkan tangan, menyenderkan tubuh di tengah-tengah antara pintu keluar balkon dan kamar. Sedikit mengusir rasa dingin itu dengan pelukan.

Tuhan, jika ibadah panjang yang kata-Mu sebagai penyempurna separuh kehidupan, bolehkah aku meminta agak partnerku sejalan dalam pemikiran baik tentang hal kecil ataupun cara meraih keridhoan?

Aku tidak pernah sedikit pun berani menyebut nama lain kecuali Kak Ghifar saat itu, namun saat ini aku pasrahkan pada siapapun manusia yang Engkau anggap layak untuk dunia dan akhiratku.

Aku menghela nafas sebelum berjalan, mengambil pelan map berwarna coklat itu sebelum memejamkan mata. Apakah ini waktunya aku kembali membuka hati? Apakah ini saatnya aku mencoba menerima orang baru?

Aku hendak membuka map itu sebelum dering panggilan masuk memecahkan keheningan. Aku kembali menyimpan map itu, menatap nomor yang baru pukul setengah dua belas tadi aku simpan.

"Maaf siapa ya?" pertanyaan itu yang pertama di lontarkan saat setelah ia mengucapkan salam. Aku kembali menatap map itu sebelum berjalan mendekat ke arah balkon.

Aku menjawab salamnya terlebih dahulu sebelum berkata, "Gue Senja." Dia diam beberapa saat, mungkin merasa heran kenapa aku sempat menghubunginya tadi malam.

"Kenapa?" tanyanya. "Gue mau ganti lensa kamera yang waktu itu,-"

"Gue bilangkan gak usah." potongnya, aku mendengar suara deru angin sama besarnya dengan angin yang aku rasakan.

"Lo diluar?"

"Lo diluar?"

Pertanyaan itu serempak kami lontarkan membuat aku terkekeh kecil. "Masuk, dingin." katanya membuat aku mengulum bibir sebelum kembali menatap langit.

"Lo sendiri kenapa gak masuk?" dia terdengar seperti sedang menjepret sebuah objek dengan kameranya.

"Pemandangannya bagus," katanya saat kembali melakukan pemotretan. "Gue tunggu lo di kantor besok sore bisa?" tanyaku membuat dia menghela nafas, setelah itu aku mendengar suara jepretan kameranya lagi.

"Gue bilang gak usah Senja." katanya membuat aku mendengus. "Kak, tolonglah jangan biarin gue terus-terusan ngerasa bersalah."

"Itukan gak sengaja." sautnya membuat aku menghela nafas. "Kalo lo gak mau gue ganti lensa kamera itu, anggap aja nanti hadiah dari gue." kataku.

"Dalam rangka apa lo bagi-bagi hadiah?" tanyanya sebelum kembali mendengarkan suara jepretan kameranya. "Kerja sama kita?" aku bahkan seperti meminta persetujuan dengan ucapan itu.

***

     Aku menatap Raka yang memintaku untuk datang ke acara pemotretan karena kemejanya tidak sengaja tertinggal di kantorku. "Ka, kalo bukan karena lo temen gue. Gue gak bakal pernah mau buat kesini." sinisku membuat dia tertawa pelan.

Tak nyaman saat beberapa orang mulai menatap ke arahku. Bahkan aku mendengar sayup-sayup manusia yang masih ingat dengan skandalku yang waktu itu di duga sebagai pasangan beda agama aktor di hadapanku ini.

Aku menyerahkan paper bag, sebelum menatap dua manusia yang tidak asing di mataku. "Senja?" Salah satunya menyapaku dan langsung berjalan menghampiri.

"Break dulu 15 menit." katanya, aku menatap aktris yang aku duga sebagai pemeran utama dalam film itu berjalan menghampiri Raka.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang