27

55 8 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Karena taat itu butuh keteguhan yang kuat.

- Arah Pulang -

       Kelas dua belas masih diwajibkan sekolah, meskipun ujian sekolahnya sudah di lakukan sekitar satu bulan yang lalu. Mereka diminta untuk sekolah sambil menunggu pengumuman kelulusan serta perencanaan perpisahan.

Sedangkan kelas sepuluh dan sebelas sedang menunggu pengumuman hasil penilaian akhir, yang seperti biasa selalu di undur. Entah, aku tidak tahu alasannya seperti apa. Entah karena nilai kami yang sulit untuk di buat di atas KKM atau kemalasan mereka untuk merekap nilai.

"Jadikan Ki?" tanyaku membuat laki-laki yang sedang bermain game itu mengacungkan jempol, sebelum dia mematikan handphone lalu memasukannya di kantung celana.

"Yuk?" ajaknya membuat aku beranjak. Jika hanya sedang menunggu hasil penilaian akhir semester, biasanya semua siswa di bebaskan. Maka dari itu aku bisa pulang lebih awal.

Saat itu Ana, Bela dan Raka sedang tidak ada di kelas. Mereka sedang makan ramen yang berada di belakang sekolah, bukan aku tidak di ajak tapi aku tidak mau makanan itu untuk hari ini.

"Nih," Zaki menyodorkan helm padaku, aku menerimanya sebelum berkata, "Niat banget sampe bawa helm dua." kataku membuat dia menggedikkan bahu.

"Kepala lo bocor, gue yang di salahkan." aku mendengus mendengar itu.

"Sorry Bun, lo gak kesempitan kan?" tanyanya saat sengaja ia meletakkan tas itu di belakang. Berusaha menghalangi tubuhku dengannya. Aku tahu, peka saat Zaki mulai sedikit menjaga jarak denganku. Bukan karena dia membenci, bahkan akhir-akhir ini dia mulai mempersempit interaksinya dengan perempuan.

Katanya, 'Tuhan gue kasih aturan itu Ja'

Aku tidak tersinggung atau risih dengan perubahannya tentang itu. Aku malah bersyukur, karena saat ini dia sudah menemukan jati dirinya.

"Kita berangkat, lo bisa pegang tas gue biar gak jatoh." aku tertarik kembali ke dimensi sesungguhnya.

"Siap." balasku membuat dia mulai membelah jalanan Jakarta. Aku membiarkan angin sore menerbangkan beberapa helai rambut yang tidak aku ikat.

***

     Zaki memarkirkan motornya, aku melepaskan tautan helm itu sambil menatap gedung yang ia janjikan. "Ayok," ajaknya mendahului.

"Apa yang bakal kita cari?" tanyaku membuat dia berpikir beberapa saat, matanya melirik ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu.

Kali ini langkahnya membuat aku menelusuri beberapa rak yang menjulang. Papannya bertuliskan huruf Arab yang tidak terbaca oleh retina mataku karena terlalu jauh.

"Ini," aku mengambil buku di tangannya. Alisku terangkat. Ya, kali ini kami berada di salah satu perpustakaan di Jakarta.

"Tuntunan shalat?" tanyaku membuat dia mengangguk. "Hal pertama yang harus di perbaiki adalah shalat kita. Karena amalan itu yang akan di hisab pertama kali."

"Hisab?" tanyaku tak paham.

"Perhitungan." satu suara memecah rekor detak jantungku kala itu. Dia menambahkan lagi satu buku yang berjudul 'Fikih Wanita'

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang