33

52 6 6
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Jika ibadahmu terasa memberatkan saat berada di sekitar mereka, maka tinggalkan.

- Arah Pulang -

       Saat itu adzan berkumandang, aku sudah tidak takut lagi untuk memenuhi panggilan. Aku dan Bela tidak berada dalam satu kelas, aku masuk kelas IPS 1 dan Bela masuk IPS 3. Agak terpaut jarak meski satu jurusan. Kami jarang bertemu, mungkin hanya saat ada pertemuan bersama dengan Ana, Raka dan Zaki setiap satu minggu sekali.

Kalian jangan kira aku harus menjadi pendiam dan tidak memiliki teman. Tetap saja aku harus berbaur meski harus kembali mengenal manusia dengan karakter yang harus di adaptasi lagi.

Asfa adalah salah satu temanku, kami duduk bersama. Kali ini temanku sangat bertolak belakang, mungkin orang lain menilainya seperti surga dan neraka di satukan.

Pakaiannya tertutup sempurna, kerudungnya menjuntai hampir menutupi separuh tubuh. "Ja, kamu harus tahu ustadz di kajian kemarin tu bener-bener buat shalawat terus." aku menaikkan satu alisku.

Menatap dia yang mulai senang membicarakan acara mingguannya itu. Sebenarnya aku sering di ajak, hanya saja aku belum mau. "Kenapa harus banyak shalawat?" tanyaku bingung.

"Aku gak bisa bayangin kalo jadi istrinya. Duh, pasti di muliakan banget." ucapnya tersipu. Siapa yang mengatakan bahwa gadis yang tengah memakai sepatu di depan mushala ini pendiam? Jika di dekatku sering membicarakan indahnya pernikahan?

"Tolong ya Mbak, dia gak pernah liat lo." balasku membuat dia mendengus. Sepertinya memang anak-anak remaja terutama perempuan yang mulai paham agama akan di uji dengan keinginan untuk menyegerakan pernikahan.

Ibadah panjang di temani partner, pegangan tangan yang malah menjadi pahala. Ada teman deep talk setiap malam. Bukankah indah untuk di bayangkan? Hanya saja mereka tidak tahu seberat apa juga ujian di dalamnya.

"Kamu kali-kali ikut aku pengajian, biar liat ustadznya langsung." aku mendorong pelang bahunya. Sebelum tanganku terulur untuk membantunya berdiri.

"Lo mau ngajak gue denger tausiyah atau liat ustadz-" aku tersentak, sempat membeku menatap manusia yang menatapku dengan pandangan terkejut.

"Kan menyelam sambil minum air Ja." balasnya sebelum ikut terdiam menatap perubahan mimik wajahku.

"Bela?" sapaku sambil mengikuti arah pandangnya, dia menatap mukena yang masih aku genggam. Kembali beralih menatapku sebelum menggeleng pelan.

"Gue kira kita sahabat Ja." aku diam, menatap dia yang tertawa miris mengatakannya.

"Bel-" dia langsung berlalu membuat aku diam beberapa saat sebelum berlari mengejarnya. Sedangkan Asfa hanya menatap dari kejauhan tak berani untuk ikut campur tentang ini.

***

      "Bel, gue bisa jelasin." aku berhasil menahan tangannya, membalikan tubuh tepat berada di tengah lapangan basket.

Dia menatapku sebelum melepaskan cekalan itu kasar. Lapangannya kali ini membuat kami menjadi bahan tontonan tiga angkatan. "Apa yang mau lo jelasin?" katanya membuat aku terbungkam.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang