09

64 5 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Aku mencintaimu,
dan ini pilihanku.

- Arah Pulang -

      Jika ada yang mengatakan bahwa aku bodoh saat ini. Aku sangat setuju. Teramat setuju saat gelar itu tersemat di namaku. Karena mengapa? Lihat saja, bagaimana bisa aku berdiri di depan kelasnya seolah-olah peristiwa kemarin hanya sejarah?

"Ghif, di tunggu cewek lo tu!" Teman laki-laki kelas Kak Ghifar yang baru saja keluar berteriak. Membuat manusia-manusia berjenis kelamin perempuan itu saling berdesakkan ingin tahu.

Aku diam, menatap mereka dengan satu alis terangkat. Harusnya mereka tidak asing dengan wajah ini, karena aku sering mengunjungi kelas Kak Ghifar sebulan lalu.

"Jadi masalah keluarganya udah selesai nih Ja?" aku tidak tahu harus bersikap seperti apa dengan manusia yang sok akrab di hadapanku ini.

"Sebulan ini lo gak kesini kan? Pasti masalah keluarganya gede banget." aku mendengus mendengarnya.

"Ghifar emang gengsian Ja. Lo maklumin aja kalo dia gak peka. Eh-"

"Dia sebenernya peka si, cuman mungkin emang bukan lo aja yang dia mau." aku mendelik mendengarnya. Tepat saat Kak Ghifar keluar, menatap laki-laki tadi dan aku secara bergantian.

"Gue kira udah ganti sama Gina, Ghif. Soalnya satu bulan terakhir inikan sering Gina yang nyamperin lo." aku melotot mendengar itu. Menatap tajam Kak Ghifar yang langsung membuang wajahnya.

"Balik kan lo?" saut Kak Ghifar sambil mendorong bahu temannya itu. Kali ini hanya menyisakan aku dan Kak Ghifar yang berdiri di depan kelas XII IPA 2 ini.

Meski masih ada beberapa orang yang berlalu lalang untuk menuruni tangga yang terletak tepat di samping kelas Kak Ghifar.

Aku masih menatapnya tajam. Bagaimana bisa dia berduaan dengan Gina saat aku mati-matian untuk menjauh darinya?

"Ngapain?" kata tanya itu terlontar. Tepat dengan apa yang aku duga sebelumnya.

"Bimbingan kimia lah." balasku ketus. Dia menggelengkan kepala, mendahuluiku untuk menuruni anak tangga.

Aku mengekorinya, sedikit berlari kecil untuk menyeimbangi langkahnya yang lebar. "Oh, jadi Gina sering ke sini ya?" dia tak menggubris.

"Seneng banget tu, apalagi selalu bimbingan berduakan?"

"Setelah itu pasti pulang bareng, kan? Enak banget jadi Gina ya?" aku berhasil untuk menyeimbangi langkahnya.

Dia menghela nafas sebelum berbalik menatap ke arahku. "Lo maunya apa si?"

"Lo." balasku cepat dan tegas. Dia menggaruk pangkal hidungnya sambil menghela nafas.

***

"Ibu pikir kamu gak jadi nerusin bimbingan Ja. Sebulan ini kemana aja?" aku terkekeh pelan mendengar itu. Melirik ke arah Kak Ghifar yang sudah fokus dengan coretan di bukunya.

"Menata kembali hati yang sudah di porak-poranda Bu." Alis Bu Rani sempat tertaut sebelum dia membalasnya dengan kekehan pelan.

"Ibu tinggal dulu ya. Kalian coba selesaikan soal yang ibu kasih, nanti kita bahas bareng-bareng." kami mengangguk merespon itu. Aku menatap punggung Bu Rani yang mulai menjauh dengan helaan nafas pelan.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang