16

66 8 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Apakah kamu memiliki perasaan serupa?
Jika iya, katakan saja.
Aku lelah bertahan di tengah ketidakpastian.

- Arah Pulang -

       Aku diam, membiarkan angin malam itu masuk dan menyentuh leherku yang tidak tertutupi rambut. Saat itu hening, dia belum mengatakan apapun setelah mengajakku untuk berbicara.

"Jadi gak si?" tanyaku. Dia sempat tersentak, membasahi bibirnya sebelum melirik ke arahku.

Tolong, beritahukan dia bahwa itu semakin membuat jantungku menggila. "Ini dingin loh Kak." lanjutku. Meskipun saat itu aku menggunakan sweater, tetap saja udara dinginnya begitu terasa.

Dia mengambil alih pulpen di tanganku. Menghela nafas sebelum kembali menatap pohon yang berada di depan halaman rumah Ana. "Sorry." ucapnya pelan.

Aku diam, tidak membalas. Memilih untuk mengalihkan pandangan. "Gue gak cari tahu dulu apa yang sebenernya terjadi." lanjutnya membuat aku menghela nafas.

"Senja?" aku masih diam. Bahkan tidak seberani itu untuk menatap ke arahnya. Sebelum tersentak dengan pulpen yang ia pakai untuk melepaskan ikatan di rambutku.

Aku menoleh, menatap protes padanya. "Jelek." ucapnya sebelum kembali mengalihkan pandangan. Dia membiarkan rambut itu tergerai, bahkan membiarkan angin membelainya dengan lembut.

"Itu Raka ngelakuinnya dengan penuh effort Kak." balasku membuat dia menggedikkan bahu. Aku hendak kembali mengikat rambut sebelum tanganku ia cegah dengan sentuhan pulpen di tangannya.

"Gitu aja." aku menatapnya dengan pandangan penuh tanya. "Gue gak suka liat rambut lo kayak tadi." ucapnya membuat aku langsung ingin menahan senyum.

Saat itu aku tidak tahu, bahwa maksudnya dia tidak ingin leher jenjangku menjadi pemandangan bagi setiap orang. Setelah itu, keadaan kembali hening.

"Kenapa mau ketemu gue?" tanyaku membuat dia menegakkan punggungnya.

"Mau bilang maaf." balasnya membuat aku mendengus.

"Di sekolahkan bisa." balasku membuat dia menggedikkan bahu. "Jarak rumah lo ke sini lumayan jauhkan?" dia tidak menanggapi.

"Di maafin nggak?" tanyanya sambil melirikku. Aku menggedikkan bahu menanggapinya.

"Gue gak mau punya masalah dengan manusia yang bisa ngerusak hubungan gue dengan Tuhan." aku tersenyum tipis menanggapinya.

"Bukannya Tuhan baik?" tanyaku membuat dia menatapku sekilas.

"Kita punya tiga hubungan di dunia ini. Manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam." jelasnya.

"Kalo kita melakukan kesalahan yang mempersentil hubungan dengan Tuhan. Maka hubungannya hanya vertikal, cukup kamu meminta ampun, menyadari lalu memperbaiki. Tapi saat kesalahan itu melibatkan hati manusia. Mendapatkan maaf darinya akan menjadi pintu utama sebelum meminta maaf pada Tuhan." aku menatapnya. Menatap mata yang segera ia alihkan.

"Apakah manusia seperti aku masih bisa di sayang Tuhan?" tanyaku pelan. Kak Ghifar sempat tersentak mendengar pertanyaan itu.

Dia diam beberapa saat, masih aku tatap dengan seksama. "Lo bisa nafas hari ini?" aku mengangguk.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang