11

67 5 0
                                    

Al-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Bukankah perasaan tidak pernah memiliki jawaban karena atas pertanyaan mengapa?

- Arah Pulang -

      "Pizza ya An. Andre kalo ke sini gak bawa itu, mending jangan." Ana mendengus mendengar itu. Aku tertawa pelan, masih setia dengan kripik kentang yang Bella hidangkan.

Malam ini, kami sedang berada di rumah Bella. Menghabiskan malam minggu bersama atas perayaan kemenanganku dan Raka di acara fashion show kemarin.

"Dia bukan driver makanan ege." Ana mendorong bahu Raka sedikit kasar. Membuat sang empu meringis sebelum kembali menikmati kopinya itu.

"Titip bakso dong An." usulku menciptakan delikan tajam terarah. Aku tertawa pelan.

"Mau beli gak? Gue mau keluar. Beli rokok." aku menatap Raka yang baru menawarkan itu. Diam beberapa saat untuk menimbang ajakannya.

"Anjir mikir aja lama amat." Raka mengacak rambutku membuat aku mengumpat. Aku beranjak untuk menjawab tawarannya itu.

"Pake jaket Bun." Zaki melemparkan jaketnya padaku, membuat aku dengan sigap menerima.

"Gue nitip siomay yang gerobak ijo di depan gang ya Ka." tambah Zaki, dia kembali fokus dengan game di tangannya.

"Duitnya?" saut Raka membuat Zaki mendengus kecil.

"Talangin dulu elah. Ah anjir, ke tembak kan gue." aku menggelengkan kepala melihat itu. Raka mendengus sebelum melempar bantal sofa, tepat mengenai wajahnya membuat Zaki mengumpat.

"Kalian berdua ada mau titip gak?" tanya Raka.

"Kak Andre gue suruh bawa pizza. Nanti gue makan dari Kak Andre aja, tapi gue titip kripik singkong kalo kalian ke mini market ya?" Raka mengangguk mendengar itu.

"Bel?" Bella yang sedang mengutek kukunya mendongkak, menatap Raka sambil berpikir beberapa kali.

"Gue lagi diet." balasnya membuat aku mendengus.

"Lo mau diet sampe tubuh lo sekecil apa Bel?" balasku tak habis pikir. Setelah itu, aku dan Raka memutuskan untuk keluar mencari makanan 'lagi'.

***
      Raka menurunkanku di penjual bakso yang berada di sebrang alun-alun kota. Sedangkan ia langsung berpamitan untuk memarkirkan motor lalu mencari warung untuk membeli rokok.

Sebenarnya aku tidak suka dengan manusia-manusia yang menyakiti diri dengan mengkonsumsi barang mematikan itu. Masalahnya, dia bukan hanya sedang membunuh tubuhnya. Tapi juga tubuh orang lain yang berada di sekitarnya.

Aku pernah mengatakan ini pada Raka. Dan memang benar, orang tidak akan berubah sebelum dia sendiri yang mau berubah.

"Lo beli bakso duluan. Nanti abis gue dapet rokoknya, gue balik lagi sini." aku mengacungkan jempol saat setelah merapikan rambutku. Menatap motor Raka yang semakin menghilang dari pandangan.

Aku tersenyum, menghampiri penjual bakso itu dengan langkah lebar. Memesankan dua porsi bakso untukku. Ya, aku tidak akan merasa kenyang jika hanya satu porsi.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang