41

56 6 3
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

      Aku terkekeh menatap Ana yang di marahi Bela karena mengganggu videonya. "An, gue mau rekam Senja astaga." Ana mendecih, dia mendorong lengan Bela yang sedang memegang kamera membuat tak imbang.

"Sialan," decaknya sambil melemparkan tatapan maut. Sedangkan yang di tatap malah menjulurkan lidahnya.

"Jadi kita lagi di wisuda Senja guys. Temen gue udah gelar M.H nih," dia mengatakan itu sambil merangkul, membiarkan wajahku masuk ke dalam kameranya.

"Gilaa, cumlaude juga dong." katanya sambil menunjukkan selempangku membuat aku memukul lengannya.

Hari ini adalah acara wisudaku. Banyak sekali yang menyempatkan datang membuat aku merasa di apresiasi. "Matiin dulu kamera lo, kita mau foto-foto." saut Ana membuat Bela dengan berat hati mematikan kameranya.

"Ini Zaki pasti lagi meet-"

"Sorry, telat." dua anak itu langsung menatap nyalang membuat Zaki mengacungkan dua jarinya sambil melebarkan senyuman.

"Meeting lagi?" Zaki menggaruk alisnya mendengar pertanyaan itu. "Wih, cakep banget Bun." aku langsung menggelengkan kepala mendengar pujian itu.

"Dari dulu gak si Ki?" dia mendengus mendengarnya. "Btw barakallahu fii ilmi ya, semoga ilmu lo bisa bermanfaat dan jadi jalan surga." katanya di balas aamiinan olehku.

"Haidahnya mana?" Bela malah memalak meminta hadiah untukku pada Zaki. Laki-laki itu mendengus sebelum mengeluarkan tote bag dan bucket uang membuat mataku berbinar.

"Lebih suka itu atau bunga Bun?" tanya Ana membuat aku tertawa kecil sebelum menerimanya.

"Jelas lebih suka ini," balasku membuat kami bertiga tertawa.

"Raka belum ke sini?" tanya Zaki sambil mengedarkan pandangan. Ana menggelengkan kepalanya, "Tadi katanya ada satu scene lagi." balasnya.

"Senja? Congratulation." aku menatap satu laki-laki yang baru datang dan menyodorkan sebuah bingkisan.

"Gue gak tahu lo suka apa, tapi itu Ana yang pilih. Jadi kalo gak suka, salahin dia." Ana langsung mencubit perut laki-lakinya itu membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Gue tunggu undangan dari kalian loh." balasku membuat mereka saling bertukar pandang. "Tanya dong, temen lo mau gue seriusin nggak?" mataku beralih menatap Ana membuat perempuan itu mendengus.

"Gini loh, bukan gue gak mau nikah sama Kak Andre. Tapi nikah tu harus bawa ilmu, gue ngerasa belum siap aja secara fisik dan mental." jelasnya membuat Kak Andre menghela nafas.

"Bayangin, gue harus siap ngandung, ngelahirin, nyusuin tengah malam dan didik anak. Aduh gue ngebayanginnya aja belum sanggup." aku tersenyum tipis membalasnya. Ingin sekali melontarkan kenapa mau berpacaran jika enggan untuk menua bersama?

Bukankah fungsi di satukannya dua insan adalah untuk melahirkan generasi baru? Kenapa dia setakut itu padahal mereka sudah bersama hampir delapan tahun. Ah, sayang sekali aku tidak berani mengatakannya.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang