AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.
Bukankah Tuhan-mu tetap mencintai meski kamu tidak mentaati?
- Arah Pulang -
Aku mencintai hujan. Selalu. Tapi kali ini aku mendecak saat handphone di tanganku mendadak mati begitu saja. Sengaja, aku memang ingin pulang lebih lama. Menatap view hujan di sekolah terkadang memiliki vibes yang berbeda.
"Lagian kenapa handphone gue di pake game si ah?! Mana ujan gini," aku menghentakkan kaki. Membuang nafas kasar. Sambil mengumpat.
Sebelum mataku beralih, menatap motor yang mulai menepi. Dia sedikit berlari saat setelah memarkirkannya. Ia melepaskan jaket, lalu mengibaskannya. Aneh, seakan pemandangan itu paling istimewa untuk di nikmati. Sampai-sampai, mataku setidak mau itu untuk berpaling.
Ia meletakkan tasnya, sebelum membuka helm yang menutupi wajah itu, membuat aku tak kuasa menahan senyum.
Kak Ghifar.
Dia membenarkan tataan rambutnya, membuat aku menahan nafas. Apa boleh dia bertingkah seperti itu? Apakah jantungku kali ini bisa berdetak normal?
Aku mengulum bibir, saat tahu di halte itu hanya ada kami berdua. Dia melirik ke arahku, sedikit terdiam sebelum kembali ia alihkan.
Aku mendekat, mengikis jarak di antara kami membuat dia melirik ke arahku. "Kak Ghifar kok baru pulang?" dia diam. Tidak membalas, membuat aku mendecak.
"Olimpiade kimia ya?"
"Gue denger-denger dari anak kelas si gitu. Secinta itu sama dunia per-senyawaan?"
"Gue ya Kak, mending di suruh cari data-data sejarah dari pada harus nyari tahu biloks setiap senyawa." ucapku masih membuat dia terdiam.
"Tapi emang si Kak, gak banyak orang yang suka mata pelajaran kayak gitu. Makanya gue bangga bang-" ucapanku terhenti tepat saat petir bergemuruh.
Aku diam, tidak lagi mengatakan apapun. Mungkin, Kak Ghifar sedikit merasa aneh. Dia menatapku dengan satu alis terangkat. Menatap hujan yang sudah semakin reda.
"Gue suka hujan." ucapku kembali membuka topik saat setelah gemuruh petir itu tidak kembali terdengar.
"Tapi gue gak suka petir. Padahal jelas, gue tahu kalo petir sering datang beriringan dengan hujan." Dia mulai menatapku.
"Aneh ya? Kayak, gue gak terima aja ada hal menakutkan yang hadir di tengah kebahagiaan gue." dia menarik ujung bibirny
"Nyatanya kayak gitu." balasnya.
Aku mengangguk, "Iya, suatu hal yang sebenernya di luar kendali kita." dia memilih tak menimpali lagi.
"Kak Ghifar pulang ke arah mana?" dia tidak menjawab membuat aku mendengus. Sebenarnya aku tahu, aku tahu jam berapa biasanya dia berangkat. Jam berapa dia pulang dan ke arah mana ia pulang. Aku hanya berbasa-basi. Hanya ingin terlibat obrolan dengannya, meski itu singkat.
"Timur kan ya? Bareng." aku bahkan seperti memberi pernyataan. Tampak tak meminta persetujuan dengannya atau tidak.
Dia menatap langit, mendesah berat saat adzan magrib mulai berkumandang. Dia melirik ke arahku, aku membalas tatapannya sambil mengeratkan jaket yang aku pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Pulang [END]
Romance"Kak Ghifar! Suka cewek yang kayak gimana?" "Taat sama Tuhan." "Mau memantaskan boleh?" Dialog yang membuat aku ingin sekali tenggelam di dasar samudra. Dialog awal yang membuka cerita baru dengan ending yang ternyata kembali menguras pilu. Ya, ka...