59

36 5 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

      "Mas Danar, kok tumben ke sini? Perasaan gue gak bilang ada pemotretan hari ini." ucapku saat menatap manusia yang menunggu di depan mushala kantor, setelah aku selesai melaksanakan dhuha.

"Ngobrolnya boleh sambil duduk aja gak?" aku mengangguk, mengajaknya untuk menuju ruanganku.

"Masuk Mas," aku mempersilakannya masuk terlebih dahulu sebelum membuka lebar pintunya agar tidak terjadi fitnah.

"Ada masalah?" aku menanyakan hal itu sambil meletakkan alat shalat milikku. Dia diam beberapa saat, sempat menghela nafas membuat aku penasaran.

Setelah itu, dengan ragu dia menyodorkanku amplop putih membuat alisku bertaut. "Ini apa?" tanyaku.

"Gue gak tahu Ja, tapi Aksa minta kontrak dia berhenti sampe di sini." aku mengerutkan alis protes sebelum membuka surat pembatalan kontrak itu.

"Loh, kenapa? Ada masalah? Dia gak nyaman atau gimana?"

"Aksa mana? Kenapa gak dia yang datang?" tanyaku sedikit berbondong. Masih merasa tidak terima atas permintaan tiba-tibanya itu. Ini terlalu mendadak, apalagi aku akan melakukan pemotretan produk bulan besok untuk menaikkan iklan.

"Gue cuma menyampaikan amanah." aku menghela nafas, "Lo pasti desak dia buat nanya kenapa kan?" Mas Danar sempat terdiam sejenak sebelum mengatakan, "Gue gak tau Ja."

Aku mengeluarkan handphone dan langsung mencoba menghubungi manusia itu. Satu kali, dua kali, bahkan untuk yang ketiga kalinya tidak terhubung. Aku menatap profilnya yang terlihat kosong. "Dia blok gue?" tanyaku membuat Mas Danar menggedikkan bahunya.

***

     Aku menarik nafas sejenak sebelum berjalan bergabung dengan Kak Keisya dan Kak Alif yang sedang menikmati, ralat hanya Kak Alif yang menikmati karena aku tahu Kak Keisya tidak pernah menyukai pertandingan bola.

"Gue mau," Kak Alif yang sedang fokus melirikku sekilas dengan kerutan di dahinya sebelum kembali fokus menonton televisi.

"Cookies?" tanya Kak Keisya sambil memperlihatkan camilan di pangkuannya. Aku menggeleng, menatap sejenak bayi kecil di dalam pangkuan Kak Alif sebelum kembali menarik nafas, "Gue mau coba ta'aruf dengan laki-laki itu." Kak Keiysa yang hendak meneguk coklat panas hampir tersedak.

"Serius?" kali ini Kak Keisya yang tampak begitu antusias mendengar itu. "Kamu kok tiba-tiba mau?" tanyanya penasaran.

"Gue mau coba dulu aja, bukannya kalian yang mau cepat-cepat gue pergi dari sini?" sindirku tak serius.

"Ye, kita cuma mau lo ngerasain bahagia dengan orang baru." balas Kak Alif membuat aku mendengus. "Ya ya ya, berhasilkan sekarang? Kabarin buat pertemuannya." sautku sebelum berlalu meninggalkan mereka.

Sayup, aku masih mendengar berapa banyaknya riuh syukur yang sedang Kak Keisya ucapkan. Bahkan sampai membuat putri kecilnya itu terbangun dari tidurnya. Ya, Kak Keisya baru melahirkan satu minggu yang lalu.

***

      "Kita lagi apa? Ganti popok ya, Nataya abis pipis?" aku kadang geli mendengarkan kalimat satu arah yang dilakukan dengan bayi dihadapanku.

"Selesai, cantik banget si ponakan Anty. Mau di gendong lagi? Iya?" aku terkekeh gemas saat mencoba meraihnya ke dalam dekapanku. Tersenyum tipis saat tangan-tangan kecilnya merambat pada wajahku.

"Udah cocok tuh," aku mendengus mendengar ucapan dari Kak Alif. "Gak tau diri banget Bapaknya." sinisku membuat dia tertawa pelan.

"Katanya punya adik perempuan yang belum nikah itu harus dimanfaatkan untuk jadi baby sister gratisan." aku mendelik mendengar itu, berjalan ke arah sofa sebelum menundukan badan dengan Nataya di dalam gendonganku.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang