01

346 16 3
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Bertemu denganmu, tak pernah terlintas dalam pikirku.

-Arah Pulang-

       Brak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Brak!

"Duh, liat-liat dong!" Ucapku sebelum kembali berlari mendekati gerbang yang hampir tertutup. Aku mencoba menerobos masuk, tak peduli dengan beberapa tatapan pengurus OSIS di depanku.

"Woy! Lo anak baru kan?" Aku menghentikan langkah, sangat tidak suka dengan sapaannya.

"Iya, ada masalah?" Balasku. Akan ku katakan, aku akan bersikap sama seperti sikap pertama manusia-manusia yang bertemu denganku pertama kali.

"Wah, baru masuk udah kurang ajar. Lo gak tahu gue?" Satu alisku terangkat. Menatap name tag nama yang terdapat di jas almamater kebanggaan setiap anak organisasi.

"Fitri?" Tanyaku dengan nada yang terkesan meremehkan. Lagian rambutnya di cat dengan warna merah menyala, seperti cabai di pasar.

"Wah gila, gak ada sopan-sopannya. Lo manggil gue gak ada embel-embel Kakak! Lo masih siswa baru ya, jangan cari masalah." Aku mengerenyitkan dahi sambil tertawa pelan.

"Loh, yang manggil gue pertama kali siapa? Situ kan?"

"Lo tu masih bocah ya, tau adab kek." lagi perkataannya membuat aku tertawa kecil.

"Situ yang lebih gede, harusnya lebih tau adab!" balasku. Wajahnya memerah, dia mendekat lalu menjambak rambutku kasar.

Aku tersenyum, tentu hal ini tidak akan aku biarkan terjadi sepihak. Aku membalas jambakkannya tak kalah keras. Beberapa pengurus OSIS mencoba memisahkan kami. Bahkan siswa lain yang berada di lapangan upacara mulai mengeluarkan benda pipihnya dan merekam adegan itu.

Aku tidak peduli dan tidak ingin mengalah. Dia yang menjambakku duluan, aku hanya melakukan pertahanan. Area sekolah cukup riuh pagi itu. Teriakan siswa saling bersautan saat pertengkaran itu semakin panas. Sebelum tubuhku di dorong paksa, hampir menghantam tembok sebelum tangan seseorang melindungi kepalaku.

Aku tersentak beberapa saat. Jika tidak ada tangan itu, aku yakin kepalaku akan menghantam tembok dengan keras. Tidak tahu bagaimana jadinya. Aku menoleh, menatap pasangan mata yang menatapku dengan tajam. Dia kembali menarik tangannya yang menyentuh kepalaku.

"Harus banget ada acara jambak-jambakkan?" suara berat itu mampu membuat suasana di sana hening.

"Gak liat mau ada upacara? Atau gue harus beliin kalian kacamata?" matanya beralih menatapku dan wanita cabe-cabean tadi.

"Lo OSIS Fit. Punya citra tersendiri di mata siswa. Tolonglah jaga sikap." ucapnya lalu beralih menatap ke arahku.

"Lo juga anak baru, gak usah cari perhatian dengan buat masalah kayak gitu." Mataku melotot tak santai. Ingin sekali menimpuk mulutnya itu jika saja dia bukan manusia yang menyelamatkan otakku.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang