50

86 5 2
                                    

assalamualaikum🥰
kangen gaa??

kalo lupa baca part sebelumnya yaa..

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

Jadwal operasi.
Entah apa yang harus aku rasakan, tapi rasa takut itu menyeruak. "Boleh Fajar temani Bunda aja?" aku menatap anak laki-laki yang menatapku sambil melirik ke arah ibunya yang sedang di periksa.

"Lo ada olimpiade." dia diam, menatapku dengan mata berkaca. "Bunda akan baik-baik aja kan?" aku diam, mengalihkan pandangan ke berbagai arah.

"Pasti." sautku sambil menatapnya dengan senyuman hangat. Setelah Kak Ghifar memeriksa, dia memberi kode bahwa ada hal yang ingin dia bicarakan.

Setelah kejadian di kantin waktu itu, percayalah bahwa hubungan kami semakin merenggang. Aku tidak ingin terlibat apapun kecuali hal yang berurusan dengan kesehatan ibunya Fajar. Meski memang sebenarnya tidak ada alasan lain saat Kak Ghifar memintaku untuk berbicara.

"Gue gak bisa berjanji operasi ini berhasil." aku menatap protes. Tidak terima saat ia mengatakannya kali ini.

"Senja, nyawa berada di tangan Tuhan. Bukan gue ataupun dokter yang lain. Kondisi Tante Vina semakin memburuk, gue usahakan operasinya akan berjalan baik, tapi gue gak akan memastikan bahwa setelah operasi dia-" dia berhenti tepat di kalimat itu. Tidak berani mengatakannya lagi.

"Gue hanya ingin lo dan Fajar bisa menerima kemungkinan terburuk yang akan terjadi." lanjutnya sebelum berlalu dariku. Aku membenturkan punggung pada dinding, dadaku terasa amat sesak saat ini.

"Ghifar bilang apa?" aku menatap Kak Keisya dan Kak Alif yang baru datang. Aku menggeleng, kembali memaksakan sebuah senyuman.

Fajar akan di antar Kak Alif ke sekolah. Anak itu keluar dari ruang inap ibunya sambil menundukkan kepala. "Fajar?" dia diam.

"Tuhan gak pernah salah untuk menitipkan takdir hamba-Nya." dia masih menunduk. "Fokus dengan olimpiadenya dan bawa medali emas buat ibu lo." dia mulai terisak.

Aku menggenggam tangannya, menghapus air mata yang dengan deras membasahi pipinya itu. "Semuanya bakal baik-baik saja kalo Fajar gak berhenti berdoa." dia menatapku dengan kilatan rasa penuh takut.

"Janji Bunda akan sembuh lagi?" aku terdiam sebelum mengangguk menatapnya.

"Fajar akan menyelesaikan olimpiade secepat mungkin." aku menggeleng mendengar itu. "Fajar kerjakan dengan teliti. Di sini ada gue, Kak Keisya dan Kak Alif."

"Ada Dokter Ghifar juga kan? Bukannya lo percaya sama dia?" dia mengangguk pasti. "Bantu doa dari sana ya? Semoga operasinya berjalan dengan lancar." dia mengangguk sebelum tangannya di raih oleh Kak Alif.

***

       Operasi itu berjalan sekitar lima jam, aku menatap lampu yang sudah berwarna hijau tanda operasi selesai. Kak Keisya masih terduduk dengan genggaman dari Kak Alif. "Minum dulu Bun?" aku menatap Raka yang menyodorkan mineral padaku.

"Ana bilang lo lagi gak puasa. Muka lo pucet." aku meraihnya namun tidak meneguk mineralnya.

"Semuanya bakal baik-baik aja." katanya lagi membuat aku menipiskan senyuman. Ingin sekali melontarkan mengapa dia setegar itu untuk tetap di sampingku meski tahu hati ini bukan padanya?

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang