28

69 6 4
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Mungkin satu atau dua kata yang di lontarkan akan merubah kehidupan seseorang.
Semua hal memang tidak perlu di apresiasi, tapi beberapa hal juga perlu di apresiasi sebagai bentuk menghargai.

- Arah Pulang -

       Aula SMA Brawijaya sudah dihias sedemikian rupa. Beberapa karangan bunga terdapat di gerbang menuju aula utama, tertulis ucapan 'Happy graduation'. Aku melihatnya dari siaran langsung youtube sekolah kami.

Kelas sepuluh dan sebelas di liburkan. Katanya, agar acara ini terasa lebih sakral untuk kelas dua belas sebagai tokoh utamanya. Meski begitu kali ini aku berada di cafe yang tepat di sebrang sekolah. Menatap Zaki yang sedang mendengarkan dakwah di handphone-nya. Begitu pun dengan Bela yang sedang membenarkan maskara.

Ana dan Raka tidak bergabung. Ana pergi ke acara perpisahan itu karena ada undangan khusus dari Kak Andre. Sedangkan Raka, entah manusia itu kemana karena tidak membalas grup chat.

"Gue denger Kak Ghifar gak mau buat sambutan ya?" aku menoleh, menatap Bela yang baru mengatakan itu.

"Kenapa?" tanyaku.

Dia mengambil liptin di tasnya, menatapku sebelum berkata "Gak tahu, tapi anak-anak pada asumsi kalo gara-gara dia gak lulus SNBP waktu itu." jelasnya membuat aku terdiam beberapa saat.

Sepertinya luka itu masih melekat, aku tahu dia bisa menerimanya tapi tidak tahu dengan Ayahnya. Aku kembali menatap layar laptop saat pengumuman siswa berprestasi, tentu Kak Ghifar selalu menjadi urutan pertama setiap tahunnya. Tetap saja harus ada kata yang ia sampaikan meski bukan penyambutan.

Dia berjalan menuju panggung, jas hitamnya itu tertutupi baju wisuda. Bahkan kepalanya ikut di berikan toga, acaranya hampir sama seperti simulasi wisuda sungguhan.

Dia menatap depan, terekam kamera dengan jelas. Namun, aku tidak melihat ada raut berbinar di mata itu. Seperti penghargaannya tidak membuat hatinya merekah bahagia.

Aku menatap mata yang beberapa kali menyapu seperti sedang mencari seseorang, "Saya tidak bisa banyak bicara di atas mimbar ini. Penghargaan yang selalu orang lain inginkan, terasa hambar di dalam genggaman." katanya pelan.

"Saya tidak bisa menjelaskannya kenapa atau bagaimana. Tapi, ribu syukur saya panjatkan pada pemilik genggam takdir kehidupan. Tak lupa dengan kedua orang tua saya serta Bapak/Ibu guru yang laksana bagai lentera dalam kegelapan. Begitupun dengan teman-teman saya yang sama berjuang di sekolah ini."

"Teman, masa putih abu ini selesai. Tapi kehidupan akan selalu berjalan. Tantangan dan ancaman kehidupan harus kita hadapi di masa depan. Jika pertemuan kita untuk meraih cita, semoga di perpisahan ini pun bisa menjadi jalan menuju taqwa." pungkasnya. Singkat, aku melihat ada gumpalan yang siap untuk di keluarkan namun dia tahan.

Aku menikmati setiap acara yang di abadikan dengan kamera. Beberapa komentar berisi ucapan selamat kelulusan. Sebelum satu acara membuat aku terdiam beberapa saat.

Para siswa saling berhamburan, di minta untuk memberikan bunga dan meminta doa pada orang tua. Kameranya sempat menyorot Kak Ghifar yang masih berdiri kaku, tangkainya masih ia pegang dengan kuat. Matanya beberapa kali menelisik, sebelum arah kamera itu berganti. Aku berdecak, merasa ada yang janggal di sini.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang