43

63 6 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

- Arah Pulang -

      Kak Alif meringis saat Kak Keisya tidak sengaja menekan lukanya. "Sakit ya?" aku mendengus mendengar pertanyaan itu.

"Biarin, udah kayak preman aja kelahi segala." timpalku membuat Kak Alif menatap sinis. Dia menurunkan tangan Kak Keisya yang hendak kembali mengobati lukanya, ia genggam dengan erat membuat aku ingin membakar diri.

"Aku tadi hampir jatuh Lif, Mas Faiz bantu." jelas Kak Keisya membuat Kak Alif menghela nafas.

"Kamu jangan emosian kayak gitu ih, jelek. Lain kali tanya baik-baik dulu." lanjut Kak Keisya membuat Kak Alif menatapnya dengan raut menyesal.

"Maaf, aku emosi liat dia pegang kamu." aku bergidik ngeri mendengar itu. "Iya, tapikan gak semua masalah harus di selesaikan pake otot." Kak Alif mengangguk, meraih tangan Kak Keisya untuk ia cium. Aku melemparkan bantal tepat mengenai wajahnya membuat dia meringis.

"Mual gue liatnya." komentarku membuat Kak Alif menatap sebal. Aku berlalu untuk menaiki anak tangga menuju kamar.

"Kayaknya kita nikahin Senja segara aja Kei." aku tahu Kak Alif sengaja berteriak agar aku mendengar.

***

       Aku berdiri mengintip di balik tembok rumah sakit, ingin mencuri pendengaran namun tidak bisa. Aku mencoba memahami tentang gerak-gerik dua manusia yang tampak begitu serius. Salah satu manusianya sangat aku kenali.

"Tolong bantu Fajar bisa?"

"Ikutin Bunda Kak, Fajar ngerasa ada yang Bunda tutupi."

Perkataan itu kembali menyeruak di dalam pendengaranku. "Baik Dokter, saya permisi."

Aku menatap manusia yang sulit untuk di akui ibu itu berjalan keluar, aku mendengar suara helaan nafas panjang dari dokternya sebelum dia kembali berjalan membelakangiku.

"Dokter!" aku memanggilnya, berlari untuk menyeimbangi langkahnya membuat dia menoleh. Saat itu aku mengutuk kenapa harus Kak Ghifar manusia yang berada di hadapanku.

"Sorry, boleh gue tanya?" tanyaku setelah membasahi bibir dan membuang pandangan darinya. Dia melirikku dengan kedua tangan yang berada di jas dokternya. Ingin sekali aku menyalahkan pandangan saat tampilannya selalu saja terlihat mempesona di mataku.

"Dia-- kenapa?" tanyaku sambil memberi kode dengan lirikan mata bahwa yang baru aku tanyakan adalah wanita yang baru berdiskusi dengannya.

Dia menaikkan alisnya. "Itu rahasia pasien, gue gak berkehendak buat kasih tahu." aku mendengus mendengar jawaban itu.

"Kak? Please." ucapku memohon, dia mulai berjalan lagi membuat aku mengekori.

"Kak gue minta tolong, kali ini aja." dia tidak menggubris. Membuat aku mendengus, aku berjalan sedikit cepat untuk menyeimbangi langkah panjangnya.

Sampai gamis itu tak sengaja aku injak membuat tubuhku terhuyung ke depan tepat mengenai punggungnya. "Ya Allah," desisku pelan sambil kembali menyeimbangi tubuh.

Dia menatapku sambil menghela nafas, "Hobby banget nubruk punggung gue." katanya membuat aku menatap sinis.

"Bisa gak cepet kasih tahu aja? Pekerjaan gue banyak." kataku membuat dia kembali meneruskan langkah.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang