12

62 7 0
                                    

AL-QUR'AN SEBAIK2NYA BACAAN.

Tidak perlu menjadi orang lain,
untuk di cintai.

- Arah Pulang -

       "Lo gak cocok di kimia Ja." aku mendengus, melemparkan buku yang berisi soal-soal kimia itu dengan lenguhan panjang.

"Gue tuh udah berusaha ngerti, lo percayakan?" tanyaku. Ana mendelik, dia mengambil buku itu. Meletakkannya kembali di atas meja.

"Jangan ngelakuin yang bukan lo banget Bun." saut Raka. Dia melemparkan sebungkus kuaci padaku.

"Ini salah satu cara, biar gue punya waktu lebih dengan Kak Ghifar." aku membuka bungkusan kuaci itu.

"Tapi gak dengan memaksakan yang bukan bidang lo." Saut Raka. Aku menundukkan kepala, mataku mulai berkaca-kaca. Merasa pembelajaranku sia-sia untuk memahami materi-materi senyawa itu.

"Heh, nangis lo?" Ana mengguncangkan bahuku. Membuat aku langsung membuang wajah.

"Senja?" Dia menarik lenganku agar mau menatap ke arahnya. Aku memberontak, menenggelamkan wajahku di atas meja dengan isakan kecil.

"Gue udah coba memahami materinya An, tapi tetep gak bisa." lirihku masih dengan isakan.

"Ya, lo gak nangis juga elah." balasnya sambil merangkul bahuku.

"Ja, Kak Ghifar bukan satu-satunya cowok." ucapnya membuat aku mendongkak, mengusap hidungku yang memerah.

"Ya, tapi gue maunya Kak Ghifar." balasku. Raka langsung melemparku dengan cangkang kuaci membuat aku mengumpat.

"Bego." ucapnya membuat aku mendelik tajam.

"Lo gak tahu jatuh cinta ya Ka. Lo gak bakal tertarik dengan siapapun, karena di mata lo, dia yang selalu lebih dari manusia-manusia yang lo temui." ucapku membuat Raka beranjak. Dia mengambil tasnya sebelum menjambak rambutku membuat aku berteriak.

"Ka!"

"Gue balik, gak guna denger curhatan kebucinan lo." aku melemparkan pulpen di tanganku tepat mengenai kepalanya membuat dia menatap tajam. Aku menjulurkan lidah, membuat dia kembali meneruskan langkah.

"Gak asik banget." Ana menggelengkan kepala mendengar itu.

"Terus fungsi lo belajar di sini. Tepatnya bukan belajar, tapi misuh-misuh dengan materi persenyawaan ini. Kenapa lo gak milih buat belajar bareng Bu Rani sekalian bisa modus ketemu Kak Ghifar?" dia membereskan buku-buku ku yang berantakan. Kasihan juga, mereka harus menunggu aku belajar sampai se-sore ini.

"Lo gak tahu rasanya duduk di sana tapi gak paham apa-apa. Apalagi Gina yang sering banget nyudutin gue, kalo gue gak bisa apa-apa." aduku dengan bibir yang dikerucutkan.

Dia menghela nafas mendengar itu, "Ya udah, sekarang udah sore juga. Kita harus balik. Kak Andre juga udah selesai rapatnya." ucapnya.

"Kak Andre rapat apa?" aku menerima tas yang sudah Ana rapikan. Mulai beranjak untuk meninggalkan kelas.

"Buat pencoblosan ketos baru." aku mengangguk beberapa kali.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang