4. SEPATU MELAYANG

513 97 19
                                        

Spam komen kuy biar semangat up awokwok palpale-palpale-pale-pale💃

Spam komen kuy biar semangat up awokwok palpale-palpale-pale-pale💃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°
°
°


Adhis masuk ke kelasnya X IPA 3. Berjalan ke dua bangku paling belakang yang berada di pojok kanan. Ia duduk sendirian di sana. Namun, Lagi-lagi suara julid terdengar dari teman sekelasnya. Oh ralat. Adhis kan, tidak punya teman.

Adhis terus berjalan sampai di bangkunya. Memasang earphone dan mengambil ponsel untuk menyalakan musik. Setelahnya menaruh tas di meja untuk dijadikan bantal lalu pura-pura terlelap tidur menghadap jendela. Cape hati, cape pikiran ngedengerin julidan mereka.

Suara bu Fatih--guru bahasa Indonesia itu terdengar tengah menyapa seisi kelas. Adhis pun menegakkan badan. Mangecilkan volume musik dan mengalihkan atensinya pada bu Fatih. Walaupun tak melepas earphone.

Untung sebelah bangku kosong ga ada penghuninya lagi.


💃💃💃


Adhis berjalan dalam koridor X IPS, ia menuju belakang sekolah untuk rebahan di atas rerumputan seperti biasa. Karena bisa menjawab soal dari Bu Fatih yang di tulis papan tulis, membuat Adhis keluar kelas lebih awal. Padahal baru masuk jam ketiga. Guru bahasa Indonesia itu memang terkenal baik dan berperikemuridan, apalagi padanya. Mungkin saat ini seisi kelas sedang terbakar api cemburu melihat murid kesayangan yang paling dibenci keluar kelas duluan. Walaupun begitu ada rasa puas dalam hati melihat mereka tak bisa menjawab.

Sejujurnya Adhis merasa menang dari mereka. Sedikit terbalas julidan itu.

Belakang sekolah bukan saja tempat asri yang bisa membuat ia tenang dalam kesendirian tanpa ada suara bising. Melainkan karena batu besar yang membuatnya bisa memotret lebih indah awan di atas sana. Terlebih lagi rumput lebat sebagai alas rebahan itu terjaga dan berhasil membuat nyaman saat rebahan.

Adhis mulai merebahkan tubuh di atas rumput. Menatap ke atas sebentar, detik kemudian mulai memejamkan mata perlahan. Kedua tangannya digunakan sebagai bantal. Toh, bel istirahat masih lama. Belum lagi kalau jam istirahat ia memang tidak ke kantin, malah rebahan di sini. Jadi, lebih lama lagi waktu rebahannya.

Dugh!


Adhis meringis dalam hati. Entah benda bau apa yang mengenai jidat. Benjolan dulu saja masih membekas. Eh, sekarang jidatnya kembali membiru di tempat yang sama. Ia spontan beranjak berdiri yang semula rebahan di atas rerumputan.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang