-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara-
Berikut daftar keanehannya itu :
1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya.
2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya.
3. Perkedel kentang, ya...
Berawal dari kematian sang Ibu enam tahun lalu, kehidupan keluarga Randi jadi berubah seratus delapan puluh derajat. Sikapnya menjadi sangat tempramental, suka menuntut, dan lebih mengutamakan pekerjaan. Seolah reputasi adalah harga diri yang paling berharga. Perlakuan pada Adhis pun berubah menjadi kasar, belum lagi menuntut ini-itu.
Semenjak itu pula, pribadi baru Adhis terbentuk. Suka menyendiri, nekat, mulai menggambar absurd untuk mengekspresikan perasaan, dan tidak peduli orang akan berteman atau tidak dengannya. Sekalipun membenci perihal sikapnya. Ia tak peduli. Bahkan 'mati' selalu berkali-kali dilakukan saat masalah datang.
Namun, saat pembagian raport kelas tujuh semester satu, Adhis bermain ayunan sendiri. Gadis asing tiba-tiba mendekat dan berbicara hal absurd panjang lebar. Walaupun tak direspon sama sekali. Terus saja berbicara. Sementara orang lain? selalu menjauh kembali ketika Adhis tak menanggapi. Dan setelahnya membenci bahkan mem-bully.
Detik itu juga seorang Adhisty Gabriella mulai terbuka dengan dunia pertemanan. Sikapnya mulai berubah dengan kehadiran Deris Maharis.
Hari-hari Adhis mulai terasa sedikit bahagia dengan adanya Deris. Namun, beberapa hari kemudian gadis itu malah pindah sekolah, karena papahnya ada tugas di luar kota. Itu membuat Adhis kehilangan untuk yang kedua kali. Sikap buruk kembali hadir dalam diri, bahkan lebih parah. Pribadinya menjadi benci semua orang sebelum ia dibenci dahulu.
Entah rencana apa lagi yang takdir gariskan. Hari ini di ruang koperasi sekolah, disaksikan oleh permen caca, Deris Maharis kembali. Orang kedua setelah ibunya yang selalu ia rindukan diam-diam. Semoga kebahagiaan kali ini tidak akan pernah pudar. Jujur ... Adhis takut dijatuhkan saat sudah berada di atas angan.
"Wah, lo udah bukan pemula lagi, ya." Deris memandang geli Adhis yang membeli sepuluh bungkus permen caca. "Masa gue cuma dapet lima bungkus, kebanyakan lo belinya."
Adhis tersenyum tipis pada Deris. Rindu sekali mendengar celotehan absurd itu. Ia memegang area matanya seolah bertanya 'ga pake kacamata?' pada Deris.
Deris yang paham langsung angkat bicara lagi. "Gue udah ga min, Dhis." Ia mengingat sesuatu. "ada faedahnya ternyata tiap dua jam sekali suruh makan wortel sama nyokap. Megang Hp juga sehari cuma dua puluh menit."
Adhis yang mendengarkan respon itu, mengangguk lagi.
"Eh, btw lo kelas," Deris melirik bet kelas Adhis. Sempat tertegun melihat name tag gadis itu. Namun, tak menghiraukan dulu. "ipa 3?"
Adhis sekali lagi mengangguk pelan.
"Yah, ga sekelas. Gue Ipa 12." Deris melirik Adhis yang hendak tertawa. "Jangan ketawa. Iya tau, kelas jurusan Ipa terakhir emang."
"Nyerocos mulu jadi haus gue, ada minum ga?" tanya Deris usai menghabiskan empat bungkus permen caca. Satu bungkusnya ia taruh di saku seragam.
Adhis menyodorkan minum yang disimpan di samping tas tepat wadah minum. Kini Ia dan Deris tengah berjalan di koridor X IPA menuju kelas masing-masing usai pertemuan mengejutkan di kopsis. Kata Deris tadi, ia daftar sekolah dua hari yang lalu dan baru masuk hari ini.
Adhis terus memandang teman SMP itu geli melihat senyuman yang selalu gadis itu tampilkan. Deris sifatnya masih sama. Suka permen caca, berisik, ceria dan ... mau temenan sama Adhis. Walaupun hanya diberi respon anggukan dan senyuman saat gadis itu bercerita tanpa diminta.
💃💃💃
Adhis mencari ruang lomba yang kata papah ada di gedung utama. Berjalan sembari membaca atas nama ruangan yang dilewati.
Ruang lomba. Adhis menemukannya. Ada di ujung koridor XI bahasa. Ia melangkah masuk, sedikit heran apa yang dilihat. Bangku di ruangan sudah terisi semua. Padahal bel pulang sekolah baru bunyi beberapa menit yang lalu. Ralat. Ada satu bangku kosong di pojok meja depan yang seharusnya terisi dua orang.
"Ngapain berdiri? Ayo duduk," titah suara berat seseorang dari belakang. Adhis berbalik, ternyata guru kimianya. Detik kemudian berjalan ke arah bangku kosong itu.
Adhis dan lelaki yang duduk di bangku sama-sama mengernyit kaget.
Gadis tanpa suara lagi....
Lelaki itu--Elan, menghadapkan tubuhnya ke samping agar gadis tanpa suara itu duduk di bangku pojok.
"Ayo cepet duduk," ucap guru kimia itu di depan sana tanpa membentak.
Adhis buru-buru melangkah melewati lelaki itu untuk bisa duduk di bangku pojok. Sempat melirik sekilas meja cowok itu. Di mana banyak buku-buku yang dikeluarkan. Dari mulai buku referensi soal berikut materi, catatan, lks kimia kelas X-XII juga ribuan soal OSK yang diprint. Benar-benar ... ambis.
Guru kimia mulai menerangkan satu materi pertama lomba OSK kimia. Memulai dari materi tersulit.
Lima menit berlalu, Elan mencatat hal penting yang guru kimianya terangkan dengan bahasa sendiri. Sementara Adhis di tempatnya kantuk mulai merasuki karena semalam pulang terlalu larut, mungkin bisa dibilang pagi.
Adhis menggerakkan-gerakkan tangan yang memegang pulpen, kaki pun di bawah kolong meja maju-mundur, karena menurut buku psikologi yang ia pernah baca, membuat gerakan saat kantuk itu dapat mengurangi sedikit rasa kantuknya.
Lima menit, rasa kantuk Adhis mulai berkurang. Ia merentangkan tangan ke depan. Detik yang sama satu tangan kiri ditekuk, menaruh wajahnya di sana.
Matahari yang tidak terik membuat angin siang hari berhembusan memasuki seluruh sudut ruangan dari jendela juga gorden yang terbuka. Kini, rasa kantuk Adhis benar-benar tak terbendung. Matanya perlahan mulai terpejam dengan wajah menghadap Elan. Persetan guru kimia yang tengah menjelaskan materi OSK.
Elan yang sadar gadis tanpa suara itu terlelap menatap heran. Ada ya orang ikut lomba, tapi malah tidur pas pembimbingan? Sungguh ajaib.
"Dasar gadis pelor," ucap Elan pelan lalu menoleh sempurna ke arah jendela.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Guru kimia yang sejak tadi mencorat-coret papan tulis setelah menjelaskan berbalik badan. "Coba contohin---"
"Ko itu siswi di bangku pojok depan tidur?" tanyanya mengalihkan topik saat melihat salah satu murid yang ikut lomba OSK malah tidur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.