24. PASAR KAGET

278 57 21
                                        

Papah : sebulan lagi olimpiade Atlanta series 4, belajar yang bener.

Papah : ini mata pelajaran yang dilombain plus materi apa aja

sent a photo

Membaca sekilas notifikasi chat WhatsApp papah dari atas layar ponsel. Dalam hati membalas, tanpa ketikan pesan.

Dan ... berakhir tak dibalas ketikan berminggu-minggu karena lupa.

"Ayo naik, Dhis." Deris di bangku belakang mobil sedannya berseru. Evan pun sudah anteng di samping supir ditemani kripik tempe.

Adhis mengangguk, memasukkan ponsel ke saku seragam lalu masuk mobil dan duduk di samping Deris. Setelah ditutup pintu mobil, supir Deris menancapkan gas menuju pasar kaget. Sesuai ajakan Evan saat jam istirahat. Ia pun terpaksa ikut, karena paksaan sahabat SMP-nya.

"Pasar kaget suasananya kayak apa, ya? Jujur, gue belum pernah kesana." Deris memandang kaca tengah dalam mobil, "Namanya aja aneh."

"Kata nenek gue, sih, itu nama pasar karena tiba-tiba aja ada. Kan, bikin kaget orang." Evan di depan menjawab. Adhis hanya mendengarkan percakapan mereka tanpa mengalihkan pandangan dari jendela mobil.

"Gitu, ya?"

"Hm."

"By the way tadi seru loh agenda baru Atlanta. Walaupun konyol, sih, segala latian dansa." Deris berceloteh. "Tapi tujuannya bagus juga, jadi ngurangin buli," celoteh Deris.

"Bener, jadi sekolah tuh ga jadi beban banget buat kita para pelajar. Bawaannya asik gitu kalo sekolah," jawab Evan jujur. Satu kripik tempe terakhir dilahapnya.

"Suka, sih, gue. Gurunya peduli sama murid. Di sekolah kita dulu ga ada tuh guru kayak gitu, palingan peduli sama yang punya koneksi doang."

Detik itu juga, Adhis menoleh. Beralih memandang Deris. Tersentak akan kata itu.

Lomba Atlanta series empat kelas sepuluh sebulan lagi, lalu papah udah tau jadwalnya duluan sekaligus materinya. Itu ... karena koneksi papah di sekolah?

"Non, udah sampe."

Ucapan supir Deris membuyarkan pikirannya, Adhis ikut turun setelah sahabat SMP-nya dan Evan sudah turun.

Ia memandang sekeliling, ada gada-gada pasar bertuliskan 'pasar kaget'. Di dalam juga terlihat ada area permainan, tempat foto polaroid juga ada. Bahkan ada yang memakai maskot untuk kepentingan menarik pengunjung.

"Wah ada kue pancong, gue beli dulu, ya. Tunggu sini bentar, Dhis, Van." Deris yang hendak berjalan ke arah pedagang kue pancong terhenti, saat Evan mencekal lengannya.

"Dah, gue aja yang beli. Lo bedua foto polaroid aja sono, liat gratis." Evan berkata dengan menunjuk tempat foto itu. Karena ia tau Deris suka gratisan.

"Pengertian banget deh lo. Yu, Dhis. Kita foto."

Sampai di tempat foto itu, Deris menyibak tirai yang menutupi jalan masuk. Ternyata ruangannya serba biru, belum lagi ada asesoris di samping cermin untuk kepentingan orang berfoto. Tak lupa lampu tumblr menghiasi atap. Ia yang tengah terperangah dengan ruangan itu berdecak kesal ketika melihat tulisan kertas di atas bangku depan cermin yang hendak diduduki Adhis.

Satu kali jepret gratis.
Dua kali jepret bayar lah, Bambang.

"Depannya doang tulisan gratis, ternyata cuma sekali jepret. Sa ae nih triknya."

Adhis menepuk bangku di sebelahnya, menyuruh Deris duduk.

"Satu kali jepret harus langsung jadi, ya, Dhis. Gue ga bawa recehan soalnya," kata Deris yang langsung diangguki Adhis. Gini-gini Si A suka berfoto kalau lagi gabut. "Bentar, pake bando imut kali, ya?" Ia berdiri untuk mengambil bando kelinci dan kucing. "Pake, Dhis. Oh, gayanya kayak kaca mata gitu, ya tangannya."

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang