-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara-
Berikut daftar keanehannya itu :
1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya.
2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya.
3. Perkedel kentang, ya...
"Luka itu susah dihilangkan dari memory, apalagi kalau tersimpan jejak di sana. Kemungkinannya cuma satu. Orang itu akan mati rasa, artinya menganggap biasa semua hal luar biasa."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini visual cast Si 'A'
° ° °
Langit mulai menggelap, gadis berseragam SMA, membawa ransel itu menghembuskan nafas perlahan sebelum membuka gerbang rumah besar bercat coklat. Lalu masuk dan menutup kembali gerbang. Terlihatlah pak Harto--satpam rumah papahnya tengah tidur. Pria paruh baya itu memang sengaja tidak menguncinya sebelum orang rumah belum pulang semua.
Gadis seragam SMA itu--Adhisty Gabriella, berjalan ke arah pintu samping rumah. Dimana menghubungkan langsung dengan kamarnya yang terletak di lantai bawah. Setelah sampai, ia membuka pintu besar itu perlahan, agar tidak menimbulkan suara. Lalu menutup kembali dengan hati-hati. Berbalik kemudian berjalan di koridor menuju kamar. Saat sudah sampai depan kamar, ia tersentak kala Randi-- sang papah bersandar di samping pintu kamarnya yang terbuka.
"Kumpulan kelas sepuluh, ga mungkin sampe petang gini." Kedua tangan pria itu terlipat di depan dada. "Masuk, terus bersih-bersih," ketusnya. Raut wajah papah terlihat menahan amarah.
Adhis diam. Menatap sang papah dengan tatapan lelah. Kali ini apa lagi?
💃💃💃
Keluar dari kamar mandi, Adhis berlari kecil menghampiri sang papah. Papah masih di kamarnya, tapi ... kenapa memegang gunting dan seragamnya?
Pria itu menggesek-gesek terus gunting ke arah name tag seragam anak keduanya. Mulai dari nama belakangnya.
Adhis berdiri di depannya cengo.
Gabriella, nama belakangnya itu sudah lepas dari alas name tag..
Kini, tinggal nama depannya. Namun, pria itu berhenti sesaat dan berkata, "Ini akibat kamu telat pulang lagi, ga teratur minum obat dari dokter Faris psikiater kamu itu. Harusnya kan ,sehari dua kali. Masa baru tiga hari lalu dikasih obat baru dah habis tinggal sedikit. Kamu minum berapa banyak lagi HAH?!"
Randi menghembuskan nafas kasar. "Dan ... yang ketiga. Dua bulan sekolah kamu ga bikin kesan baik di sekolah," cerocosnya menatap penuh kesal Adhis.
Adhis memandang sang papah kecut. Melihat setiap pergerakan tangan yang kembali beraksi menghilangkan nama depan setiap hurufnya.