52. Drop

302 44 28
                                    


Bunyi ventilator mengisi keheningan ruangan serba putih itu. Elan terbangun dari tidur yang berposisi duduk itu.

Detak jam mengarahkannya untuk melihat di atas kanan.

04. 01

Tak sadar sudah tertidur satu jam dari pulang ke kos untuk mengambil seragam sekolah sekaligus membersihkan diri.

Jangan salah mandi sebelum subuh dikira kurang kerjaan. Padahal menurut vidio ceramah ustadz Adi Hidayat yang ia tonton banyak sekali manfaatnya.

Mencegah adanya depresi, melancarkan peredaran darah, mengurangi resiko Hipertensi, meningkatkan kesehatan jaringan tubuh, membersihkan Racun dalam tubuh dan lainnya.

Ia beralih menatap gadis mungil yang tubuhnya dibungkus selimut sampai sedada masih terlelap.

"Sakit mental emang bahaya banget, ya, daripada sakit fisik." Elan bergumam.

Beranjak berdiri. Ia melihat sebentar ventilator itu kemudian beralih menatap gadis yang sudah lima jam dijaganya.

"Sampe napas aja harus dibantu."

Tangannya bersebelahan, bahkan hampir menempel. Sampai tak sadar merambat untuk menggenggam melalui telapak yang kemudian masuk ke sela-sela jari.

Seolah dengan itu Elan menyalurkan energi semangat pada gadis itu walau melalui tangan yang hari ini dihiasi jarum infus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seolah dengan itu Elan menyalurkan energi semangat pada gadis itu walau melalui tangan yang hari ini dihiasi jarum infus.

Ia mengerjap. Spontan melepas genggamannya.

"Get well soon, Dhis," katanya lalu keluar dari kamar 012.

4 jam lalu ....

"Lo kayak buku."

Hening. Tepat detak jarum jam tangan Elan menunjukkan angka 12.

Adhis memandang Elan sebentar, lalu beralih menarik bahu cowok itu agar berdiri.

"Tas lo," kata cowok itu lalu menyampirkan tas Adhis ke pundaknya. Detik kemudian lanjut ditariknya agar mengikuti berjalan.

"Ini udah tengah malem," peringat Elan.

Baru saja akan berbalik namun sebuah motor besar melintas. Dengan cepat ia menarik tangan Adhis yang memegang bahunya yang kemudian mereka jatuh ke tanah bersamaan.

"Gila lo?!"

Suaranya penuh tekanan. Padahal jarak mereka hanya lima centi dari samping.

Elan makin resah saat matanya mengabsen wajah Adhis. Entah kenapa dari ekspresi itu seakan mengatakan 'ingin mati'.

Adhis bangkit duluan sambil kembali menarik bahu Elan. Namun, naasnya tubuh mungil itu terjatuh lemah.

Menindih cowok itu.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang