46. PODCAST

161 42 5
                                    

Bimbingan sehari sebelum ujian semester ganjil oleh Pak Uje, sudah biasa diadakan tiap tahunnya. Mengingat para orang tua di sekolah Atlanta ini yang penuh ambisi menaruh harapan pada sang anak sampai mendidik dengan keras, program ini pun diadakan sudah tiga tahun bertahan.

Saat masuk jam pelajaran ketiga, artinya menjelang istirahat satu jam lagi. Siaran radio Pak Uje lakukan. Seluruh murid Atlanta diperintah untuk memakai earphone, fokus pada ponsel dan masuk ke saluran radio.

Kalau tiap tahunnya soal percintaan berujung curhat tentang sang istri. Kali ini Pak Uje mengambil tema keluarga.

Usai kata pembukaan yang biasa Pak Uje gunakan seperti 'Yang saya hormati Kepala sekolah serta wakilnya, yang saya hormati guru juga staf TU, dan murid-murid Atlanta yang Bapak CIN ...?' lalu seluruh murid menjawab, 'TAI!'. Berikutnya guru itu membalas 'Tai, Tanah Air Indonesia'.

"Apa definisi keluarga bagi kalian?

"Segalanya."

"Yang ngebolehin pelihara kucing!"

"Tempat pulang terbaik."

"Gak ada yang ideal, yang penting mereka alasan dibalik semua perjuangan gue belajar."

"Free kasih sayang, bukannya berbayar."

"Saling support."

"Tempat baku hantam sebenernya!"

"Yang bebasin anaknya makan seblak!"

"Gak nuntut ini itu."

"Saling dukung."

"Yang kalau beliin baju gak kegedean atau kekecilan!"

"Gak harus yang terbaik, penting mah saling ngerti aja."

"Semacam ... SAMBALA-SAMBALA-BALA-SAMBALADO!"

Sampai ocehan-ocehan bising di kelas X IPA 2 pun tak mengusiknya. Elan masih terus bergelut dengan pikiran yang menganggu sejak kemarin sore di rumah gadis itu.

Apalagi saat ayah gadis itu pulang, mengobrol dengannya, lalu partner belajar OSK itu malah pergi ke kamar tak kembali lagi. Bahkan saat ia memutuskan pulang Adhis belum juga kembali entah kemana.

Entah kenapa jadi kusut sendiri hanya karena itu?

Sial.

Ini kenapa tiba-tiba memory asing yang sering terlintas dibayangan seakan terikat menjadi satu kejadian, yang tadinya terputus-putus seolah tersambung kembali.

Seolah Elan benar-benar mengalaminya.

Mata hitam pekat dengan kornea terdapat tiga titik bak tahi lalat buat ia seolah ingat sesuatu entah itu apa.

Mata itu, seolah selalu menarik dan mendorong Elan untuk masuk ke dunianya.

Sekali lagi, sial.

"ELAN!"

"HAH APAAN???"

"Elu gue panggil-panggil dari tadi juga," decak teman sebangkunya--Romi. "Nih, Lan, laporan kas bulan lalu."

Elan menerima buku kas kelas. Melihat-lihat daftar murid yang tidak membayar berikut jumlah keseluruhan. "Mending, bulan ini pada gak nunggak," katanya.

Memang tiap bulan bendahara itu ia suruh memberi laporan padanya bukan wali kelas agar jika ada skandal guru hanya terima beres.

"Hm gitu deh, rajin malak pagi-pagi gue sama Aya," kata Romi menyebutkan bendahara dua.

"Bagus," kata Elan sambil menggeser buku kas itu pada Romi.

"Btw, sapu tinggal sebiji noh, Kakak kelas minjem tiga gak dibalikin. Emang dasar tuh Aya, main kasih aja. Mentang-mentang yang minjem cogan, coba kalau jelek udah dimaki-maki," kata Romi kesal sendiri.

"Aya gebetan lo?" tanya Elan tepat sasaran. "Lo sering dimaki berarti jelek?"

Romi mengumpat.

Elan terkekeh pelan, "Kelas berapa, jurusan apa yang minjem sapu?"

"12 Bahasa 5."

"Nanti gue ambil," katanya. Kadang suka kesal sendiri kalau masalah senior-junior ini. Apalagi aksi pembullyan.

Selama Elan bersekolah di Atlanta, ia tak mau ada lagi hal seperti itu. Apalagi angka bunuh diri pelajar sebab bully meningkat. Membuat miris orangtus saja.

"Ambil sono."

"Ketus gitu, Aya direbut Kakel amin."

"HEH TUH MULUT!"

Elan terkekeh pelan, "Sapu di kopsis kosong, Rom. Lo beli keluar aja hari libur sama Aya."

"Siap lah!"

Elan memutar bola matanya malas. "Belakang dulu," pamit Elan sambil berdiri, "bilang ke yang lain santai aja di kelas karena podcast gini guru ngosongin pelajaran sampe jam istirahat."

Mengacungkan jempol, Romi kembali menempelkan pipinya pada meja. Menjadikan suara Pak Uje sebagai dongeng pengantar tidur.

Sampai terlelap, sudah mimpi jalan bareng Aya di tengah hujan lalu ia menutupi dengan jaket bak di drama Korea romantis.

🌚🌚🌚

"Kadang suka heran sama orangtua murid Atlanta. Banyak ngerasa gak puas sama kerja keras anak. Sampe nuntut ini-itu, ngerelain segala cara, malah sering kena mental si anak. Depresi sampe bunuh diri gitu, kan, dulu ada. Ih bapak, sih, gak suka gelay."

"Padahal mah, ya, ngehargain usaha anak paling penting, kayak harusnya yang tua-tua tuh terus ngasih reward biar bro and sis Atlanta ini makin semangat raih prestasi, dan itu pasti ngelakuin tanpa tekanan."

Elan keluar dari toilet usai mencuci wajahnya yang keruh, masih dengan mendengarkan suara Pak Uje diseberang sana. Sering kali ia membenarkan ucapan Pak Uje lalu kemudian termenung sendiri.


"Sing kuat oke mentalnya? Yang tua-tua emang suka gitu, berharap besar sama anak. Karena ya ... pengen anaknya lebih sukses, hidup enak, gak melarat dan yang paling penting gak dihina orang. Fighting ae lah Bro and Sis, kalau ada beban hidup cooling-cooling Pak Uje mangga."

Tak heran Pak Uje jadi guru terfavorit , karena memang jiwa berkeperimuridan banget. Pernah kala kumpulan orangtua murid, guru itu terang-terangan menegur sampe emosi sendiri. Walau  yang denger masuk telinga kanan keluar telinga kiri.


Dan ya ... berikutnya ada drama adu argumen dengan orangtua murid yang tersinggung.

Tabiat Atlanta, ya, gitu. Penuh ambisi.


"Cerita tadi yang dikirim dan udah dibacain juga, intinya gitu dah. Pesen Bapak, sih, ubah pandangan dulu. Coba liat dari sisi yang lain, posisiin diri sendiri sebagai orangtua, dan coba saling ngerti aja. Daripada dibikin mumet ya, kan? Malah nambah-nambahin beban."

"Sekian dulu dah podcast hari ini, see you guys. Dua hari lagi ujian semester, belajarnya dibawa enjoy, ya. Biar masuk ke otak jangka panjang AHIHI."


Suara Pak Uje dalam earphone berakhir, tapi detik kemudian suara lain terdengar samar.

Elan memasukkan earphone itu ke saku celana, berjalan ke sumber suara itu. Sepertinya di belakang sekolah.

Tertegun bukan main. Ia berdiri sepuluh meter dari gadis itu yang membelakanginya. "Dia ... nangis??"




To Be Continue

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang