"Bagi dong kopinya."
"Enak aja, beli sendiri sono," sahut Embot mendengar suara itu entah dari mana. Reval tanpa peduli masih menyedot jus jambunya.
"Kopinya boleh nambah, kan, Val? Buat istirahat nanti. Lo bayar dobelnya sekarang tapi."
"Hm."
"Hm ...."
Gumaman kedua itu, bukan berasal dari mulut Reval. Cowok itu jelas-jelas kembali menyedot jus jambunya.
Embot yang hendak berbalik, jadi memekik. Sebuah tangan besar menjewer telinganya dan Reval bersamaan. Membuat keduanya terpaksa berdiri.
"Bagus, ya. Bolos terus, udah pinter kalian HAH?! tegas Pak Uje sewot. Lelah menghadapi para setan Atlanta ini.
"Lepas dulu, Pak. Saya jelasin," kata Reval tenang. Telinga kanannya masih dijewer guru BP itu.
Pak Uje berdecih, "Jelasin apa? Kalian ngantin di jam kedua kayak gini?"
"Saya lepas, kalian kabur. Saya tidak sebodoh itu kawan," sambung Pak Uje. Makin menaikkan masing-masing telinga siswa biadap ini.
"AWWWW ... TELINGA SAYA UDAH IJO PAK!" rintih Embot. "KALO GINI SAYA COSPLAY JADI BUTOIJO!!"
"BOMAT!" seru Pak Uje santai.
Reval menghembuskan nafas kasar. Melirik telinga Embot sekilas yang memang sudah berubah warna. "Gini, ya, Pak. Kita itu lagi istirahat abis latian basket. Emang bapak ga mau tim basket kita menang?"
Embot yang mengerti, mengangguk menyetujui. Ia menambahkan, "Iya, Pak. Sore nanti loh kita tanding sama SMA sebelah. Masa bapak ngelarang kita istirahat sebentar abis latian basket."
Pak Uje berpikir sejenak. Perlahan melepaskan telinga mereka. Membuat Embot mengelus-ulus indera pendengarannya prihatin.
"Terus kenapa kalian ga pake baju basket?" tanya Pak Uje mengintimidasi.
"Ya, buat nanti sore tanding lah, Pak. Bau kalau dipake buat latian juga," alibi Embot.
"Hujan baru reda gini latian? Kepeleset, jidat benjol baru tau rasa," kata Pak Uje enteng. Mendudukkan diri ke kursi kantin yang tadi diduduki Embot.
"Oh, emang udah dikasih izin sama guru yang ngajar di kelas? Mana ga izin ke bapak juga mau latihan. Saya pembimbing loh."
🌚🌚🌚
Lagi-lagi pantulan basket dari Reval, melesat tepat masuk ke ring basket. Embot, Ompong dan dua pemain basket kelas sepuluh tak diberi kesempatan cowok itu.
Keempatnya sontak berhenti latihan dan duduk di tepi lapangan--menselonjorkan kakinya. Ketua tim basket itu terlalu bersemangat sampai tak memberi kesempatan mereka memegang bola.
Tenang, lapangan basket tak ada genangan air yang tersisa. Sudah jelas petugas keberhasilan gercep membersihkan.
Embot menyerobot botol minum ompong, "Thanks, diminum ampe abis gapapa, kan, ya?"
Ompong melotot kecil, langsung menyambar botol minumnya. Membuat Embot keselek sampai airnya masuk ke dalam lubang hidung.
"Gapapa ayo, Dhis. Lagian cuma nonton. Ga bakal jadi dosa," celetuk Deris di ujung lapangan. Menyuruh Adhis ikut duduk di kursi panjang yang ada di sana.
Adhis terpaksa menurut, tak enak juga menolak. Padahal setengah mati tak nyaman berada di ruangan besar yang terbuka terlebih ramai. Kemarin saja saat ia ke kantin banyak pasang mata terang-terangan menatap dan berbisik.
Jelas saja, selama hampir lima bulan bersekolah di Atlanta ia tak pernah memasuki kantin.
Mata Reval tak sengaja menangkap sosok gadis mungil familiar. Membuatnya tak fokus melempar bola ke ring basket, sampai benda bulat itu mengenai kepala Embot. Cowok tengil itu mengumpat kasar padanya sambil memegang kepala saking pening.
Reval mengerjap, berlari kecil ke arah sahabatnya yang masih berselonjor. Ia meminta handband hitam yang tadi dititipkan pada Ompong. Lalu berdiri, mengacak rambutnya agar sedikit mengembang. Kemudian mengikat benda kecil itu di dahi. Detik kemudian mengambil bola basket yang berada tak jauh dari Embot.
Pergerakan itu, tak luput dari pandangan Adhis. Laki-laki yang menggunakan handband hitam itu berhasil membuatnya bergelut dengan pikiran sendiri. Lalu mengerjap saat Deris menyadarkan.
Sementara kapten basket itu sudah kembali ke tengah lapangan, berkali-kali mendribble bola dengan cantiknya. Sesekali mengusap keringat dengan punggung tangan. Membuat gadis berponi yang memperhatikan kicep.
Ko ... cool, ya?
To Be Continue
![](https://img.wattpad.com/cover/253969490-288-k639890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si 'A'
Fiksi Remaja-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara- Berikut daftar keanehannya itu : 1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya. 2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya. 3. Perkedel kentang, ya...