34. "GOOD NIGHT"

230 51 10
                                        

Buka puasa pake apa?





Reval : save no gue. HARUS [deleted]


Reval : WAJIB :) [deleted]

Reval : gue ketua geng Zargilos [deleted]

Reval : sore saudari Adhisty  [deleted]

Reval : balik sekolah ke kafe kentang manis [deleted]

Reval : balikin payung pelangi gue [deleted]

Reval : BALIKIN [deleted]

Reval : anjir  malah nyampah [deleted]

Reval mengacak rambutnya frustasi. Melempar benda pipih itu ke kasur. Berikutnya misuh-misuh sendiri di depan cermin.

Ini kenapa jadi nyampah spam chat?

DIHAPUS SEMUA LAGI?!

REVAL KENAPA JADI SERIBET INI SIH NGECHAT DOANG?!

Sumpah, belakangan ini Reval aneh. Semenjak kejadian 'itu' dia diam-diam natap Adhis tanpa sadar. Peduli dengan gadis itu diam-diam.

Mulai dari ngasih payungnya waktu itu,  ribet bikinin surat izin palsu, segala minta bantuan Embot bikin tanda tangan palsu, berhadapan sama Bu Dian langsung demi ngasih surat, belum lagi mengerjai penjaga gerbang sekolah agar  dia leluasa masuk saat terlambat.

"Pak, di laboratorium ada kebakaran. Suruh ke sana kata Pak Uje. Cepet, Pak."

"Alah, pasti boong. Biar kamu bisa bolos lagi pagi-pagi gini."

"Beneran, Pak. Coba cepet, kalau sampe satu sekolah kebakaran gimana?"

Reval menggeleng kecil mengingat itu. Padahal sebelumnya ga pernah kenal sama Adhis. Sekarang rela repot-repot gitu biar gadis itu bisa ikut pelajaran.

TANPA PAKSAAN.

Satu lagi, dia repot-repot berhadapan sama ketua OSIS tahun ini buat ngambil data Adhis ada di kelas mana.

Makannya dia punya nomer telepon Adhis. Dan, kebetulan sama dengan nomer WhatsApp.

"Udah kayak ibu-ibu komplek sini, Bang. Misuh-misuh gitu."

Reval sontak menoleh. Jadi agak malu pada sang ibu.

"Kenapa, sih? Ada masalah apa?" tanya sang ibu mendekat. Duduk di atas kasur, lalu menyuruh anak pertamanya ikut duduk.

"Gapapa ko, Bu." Reval mendekat. Memilih duduk di bawah kasur. Kepalanya bertopang pada kasur, agak dimiringkan sedikit menghadap sang ibu.

"Gapapa ko misuh gitu? Abang ga ikut arisan, kan?" tanya ibu jahil. Mengusap puncak rambut Reval pelan.

Ragu-ragu Reval bertanya, "Ayah dulu diem-diem peduli sama ibu emang artinya jatuh cinta, ya, Bu?"

Iya, di rumah Reval semanis ini. Nada tinggi apalagi ngebentak ga pernah dikeluarin.

"Em, ada yang jatuh cinta nih kayaknya," celetuk sang ibu menggoda.

"Ish, apa, sih, Bu. Reval cuma nanya," balas Reval mengalihkan wajah. Pipinya memanas, jantung pun sudah berdegup tak karuan mengingat apa yang dilakukannya pada Adhis.

Sang ibu menahan senyum, "Tergantung, sih, Bang. Pedulinya gimana dulu."

Reval langsung menegakkan tubuh, menatap sang ibu antusias. Membuat ibunya lagi-lagi tersenyum jahil.

"Maksudnya, Bu?"

"Ya, kan, bisa diem-diem pedulinya sama keluarga, saudara atau siapapun yang murni cuma sekedar 'sayang' bukan cinta yang bikin seneng berlebih pas ngelakuinnya," tutur sang ibu.

Reval melongo. Mengerjap pelan. Sadar akan satu hal sekarang.

DIA SEGITUNYA PEDULI SAMA ADHIS DIEM-DIEM KESEMSEM SENDIRI .... ARTINYA CINTA SAMA TUH CEWEK?!

"Hayo ... siapa yang buat Abangnya Zahwa klepek-klepek," ledek Zahwa--adiknya. Tau-tau nongol dibalik pintu. Lalu dengan santai ikut duduk di lantai, meletakkan kepala di tepi kasur. Membuat sang ibu berada di tengah-tengah dua anaknya.

"Apa, sih, bocil ikut-ikutan. Sono, belajar. Masih kelas satu SMP jangan males-malesan," cibir Reval. Padahal kalimat itu harusnya Zahwa yang ngomong.

"Mirror, Bang. Itu kalimatnya lebih cocok buat elu CENTONG NASI!"

"Dih, ngumpat. Liat, Bu. Zahwa sekarang gitu," adu Reval. Membuat Zahwa mengumpat lagi tanpa suara.

"Dah, jangan ribut. Sana, Bang. Samperi, nanti keduluan orang loh," kata ibu mengelus pipi anak pertamanya. Membuat Reval mengembangkan senyum.

"Sekarang banget, ya, Bu?"

"Sekarang lah, nanti-nanti keburu ada kabar dia jadian sama yang lain."

"Nah, betul itu. KALAU DAH DIJEDOR BELIIN MARTABAK MANG NURDIN, BANG. FIGHTING!"




🌚🌚🌚





Reval yang tengah bersandar di motor hitam bawah pohon menegak, ketika melihat Adhis pulang. Mulai membuka pagar rumah perlahan.

Wajahnya keliatan lesuh, walaupun masih masang ekspresi datar. Kecapekan banget, ya, seharian belajar?

Iya, ia tau gadis itu dua hari sekali belajar bareng Elan di kos putra depan kos Sindu.

Ia berlari kecil, meninggalkan motor hitamnya dimana kunci masih terpasang di sana. Tangan besarnya menahan pagar rumah besar Adhis yang sebentar lagi tertutup.

Adhis terkejut. Ekspresinya masih datar, walaupun alis terangkat sebelah.

Entah kesambet setan di jalan menjelang senja gini atau apa. Mendadak Reval membeku begitu saja, tatapannya tegas. Padahal dalam hati meronta-ronta.

Sialnya, ia mengatakan ini.










"Good night."

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang