57. Sengatan

173 27 10
                                        

"Senyumnya jangan hilang."

Jelas masih terngiang tiga kata sialan itu. Dan Adhis susah tidur sekarang.

Jadi ia memutuskan untuk keluar tenda sebelum membenarkan selimut Deris yang menutupi wajah gadis itu.

"Jangan keluar gerbang kos, Dhis, ini masih jam setengah 3 lho." Sivia menegur. Kembali ke tenda usai sholat tahajud.

Adhis mengangguk. Lanjut berjalan ke belakang tenda sambil mendengarkan podcast favoritnya yang baru dirilis lagi.

Iseng membuka whatsaap dan melihat sampah chat yang tak pernah dihapusi, ia mengernyit saat kontak 'patung pelangi' bertulikan sedang mengetik.

***

Di tempatnya, Reval termenung. Menatap kosong ruang obrolan whatsapp yang disematkan.

Rasanya ingin sekali sekedar mengirim voice massage 'happy new year, Dhis'.

Karena tidak kesampaian, dengan sintingnya dia asal mengetik tanpa henti dan tanpa tujuan mengirimnya.

Reval : ajqbakakaoaihqbqnamklalalla

Begitu kira-kira.

"Lama-lama tuh jari cantengan anj." Embot mengumpat. Menarik kursi dan duduk di depannya.

"Bot," panggilnya.

Embot yang hendak memakan sate kikil jadi terurungkan. Membuatnya menganga lama sebelum menyahut, "Paan?"

"Sindu sama Ompong beli boba di mana? Lama bener."

"Lah, lo tadi yang request penjualnya anjir di belokan komplek."

"Ege yang bener lu? Gue kira tadi nanya bengkel, Bot!"

Embot tersedak. "Bener-bener kudu ditabok sih lu. Pasti di sana Sindu ngamuk-ngamuk gak jelas."





🌝🌝🌝




Pagi-pagi sekali Elan sudah memetik berbagai bunga usai berlari keliling komplek. Kini dia tinggal mengambil daun pandan menggunakan pisau kecil yang dibawanya. Setelah itu dimasukkan ke kantong plastik sebelum diikat.

"Udah cukup, Lan?"

Elan mengangguk. Mengucap terima kasih pada bu Amar, pemilik daun pandan.

"Besok bener bisa betulin keranjang bayi anak saya, Lan?"

"Iya, tapi agak sorean. Gak papa, Bu?"

"Gak papa lah, gak buru-buru banget kok. Ibu tunggu nih, ya."

Elan tersenyum samar. Mengucap permisi sebelum berbalik pergi.

Kali ini langkahnya terasa lebih ringan diiringi senandungan dalam hati. Kini bahu itu terpasang lebih santai, bukan lagi bahu sok tegap seperti biasa.

Udara sejuk pagi seperti biasa, entah kenapa membuatnya begitu tenang saking luar biasa sejuk.

Sampai rasanya ingin menyapa udara, apa kabar.

Stress.

TAPI, fakta kalau perasaannya jauh lebih lega. Seakan sesuatu negatif dalam dirinya lepas hanya karena bercerita.

... Sedikit bercerita walau tak dibalas dengan kata.

Kini Elan percaya, bahwa: cerita bisa melegakan walau tak bisa menyelesaikan.

"Itu kenapa mesam-mesem gitu Kakaknya, Ma?"

Elan menoleh, merasa dirinya ditunjuk oleh anak laki-laki yang hendak dilewatinya.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang