42. THE CHALLENGE

171 46 13
                                    

"Ini dah mau jam 4, Bro Ketos. Semua murid kelas 10 katanya udah pada dateng. Kapan acaranya mulai?" tanya Pak Uje.

"Bentar lagi, Pak." Elan menjawab. "Tenang, Pak. Gak ada masalah ko."

"Oh, aman berarti," kata Pak Uje. "Eh, keputusan finally masuk universitas udah belum?"

"Udah dari 3 hari yang lalu, Pak."

"Oh, udah. Lupa bapak. Soalnya itu buat kumpulan data aja, biar nanti setelah ujian nasional kelas 3 tinggal daftar dan udah dipersiapkan juga dari sekarang," kata Pak Uje menjelaskan. Elan hanya mengangguk seadanya. "Bapak tinggal, ya. Percaya acaranya lancar lah kalau kamu yang mimpin."

Elan senyum tipis. Sedikit menundukkan badan untuk menghormati.



🌚🌚🌚




Dentuman suara musik menggema di seluruh penjuru aula. Tiap sudutnya terdapat stand makanan yang disediakan. Panggung megah tak tinggi dihiasi. Seluruh murid Atlanta, guru, penjaga UKS, OB, bahkan pedagang kantin menari-nari antusias sebelum acara inti dimulai.

Wakil ketua OSIS di depan panggung sana tengah berkoar sebagai MC. Membuat seluruh perhatian tertuju padanya. Sejenak, memberhentikan aktivitas menari.

Tentu saja, dia juga memakai topeng ukuran semata seperti yang lain.

"Oke, sekarang sebelum kita ke acara inti, yaitu dansa. Ada challenge untuk nambah seru-seruan hari ini," ujar MC itu. "Challenge-nya itu ... AYO CARI PASANGAN RANDOM KALIAN!"

Seluruh orang--kecuali OSIS--bingung. Terdiam beberapa saat, mencerna kalimat-kalimat akhir MC itu.

"AYO CEPET CARI 1 ORANG BUAT PASANGAN KALIAN!" seru MC itu lagi. Terbahak puas menatap wajah cengo seluruh orang di depannya. Membuat tawanya menggema di aula, karena masih memegang mic. "ASTAGHFIRULLAH INGIN MENGUMPAT, TAPI ADA YANG LEBIH TUA."

Suara grasak-grusuk terdengar, sibuk menarik orang asal untuk dijadikan pasangannya. Persis seperti ibu-ibu berebut sembako yang tak mau kalah jika tak kebagian.

Ada yang tersedak minuman, ketika ditarik asal. Ada yang sampai jatuh tersandung rok sendiri, karena orang asal menginjak. Ada yang berbenturan kepala sampai pening. Ada yang terlepas sepatunya, karena terlalu semangat berlari akibat orang disekitar sudah ada pasangan. Ada juga yang saling tarik-menarik satu orang, karena ingin dijadikan bagian dari pasangan.

"Pak, Bu, Bi, Mbak, Mas, Dek, Sis, Bro, siapapun yang ada di sini. SING TENANG, SING KALEM ASTAGHFIRULLAH." Wakil OSIS itu tak bisa menahan tawanya. Melihat bukan murid saja yang melakukan hal konyol itu, melainkan ada guru, pedagang kantin, satpam, bahkan OB juga.

Di tengah riuhnya orang yang mencari pasangannya masing-masing. Adhis malah berdiri dengan tenang, memainkan gelang karet untuk dibuat berbagai bentuk.

Entah kemana Deris dan Evan. Padahal tadi di samping kanan-kirinya.

Sebuah tangan menariknya kebelakang. Membuat ia spontan berbalik badan dan gelang karet yang dipegang terjatuh.

Ia tertarik pasrah saja, lelaki berjas abu-abu tak terlalu tinggi untuk ukuran lelaki--walaupun dibanding Adhis jauh di atasnya--menarik keluar dari kerumunan.

"Ultraman kalau ada keramaian emang gitu?" tanya lelaki itu ketika mereka berhenti, sudah keluar dari kerumunan.

Adhis dibalik topeng Ultraman itu mengernyit. Menatap wajah lelaki itu yang menggunakan topeng hitam semata yang juga menutupi setengah wajah bagian kirinya itu. Tak kentara siapa dia. Walaupun suara itu terdengar familiar.

"Gitu diem aja persis gak ada musuh yang bikin ribut maksudnya," lanjut cowok itu. Lalu menghadap ke depan, memandang yang lain sudah mulai tenang. Tak rusuh seperti tadi.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang