Ga ada angin ga ada hujan. Tiba-tiba dateng kayak jalangkung. Mana ngomong random. Jelas senja baru nongol. Kenapa malah bilang GOOD NIGHT?!
Dua kata itu dengan timing yang tidak tepat. Reval merutuki diri sendiri dalam hati.
Mungkin kalau adiknya tau dia bakal bilang, 'kurang Aqua, Bang'?
Benar-benar ambyar. Jantung Reval makin berdegup kencang tak terkontrol bak ada petasan lebaran yang bunyinya 'pakciuss'. Malu bukan kepalang ini mah. Pipinya memanas. Namun, masih mempertahankan ekspresi datar dan tenang. Ia melepas pegangan pagar rumah Adhis. Memundurkan diri sedikit.
"Lo masuk sono!" Kepalanya memandang ke arah lain, menghindari tatapan datar Adhis, "gue tadi cuma check ini bener rumah Pak Jaenudin bukan. Ternyata salah. Bye!"
Otak Adhis mode loading, ini Pak Jaenudin ketua RT komplek Sindang Sari ini?
T-tapi kalau memang mau ke rumah RT sini, kenapa bilang 'good night' sama Adhis?
Bener-bener kobam nih orang.
Ia masih kicep. Berdiri mematung masih memegang pagar yang hampir tertutup rapat. Memandang lelaki berjaket denim itu yang perlahan berbalik dan melangkah ke arah motornya yang ditaruh tak jauh dari rumah papah.
Adhis tak berpikir banyak, menutup pagar itu lalu melangkah memasuki pintu samping rumah dengan tenang.
Lain dengan Reval. Ia sibuk mengumpati dirinya sendiri tanpa henti.
"Mulut gue mendadak tremor anjir!"
🌚🌚🌚
Hari ini Atlanta High School freeclass seharian, karena tadi ada pemilihan ketua OSIS 2020. Jam pulang sekolah pun maju.
Adhis menghela nafas panjang, bukannya senang. Ia malah capek, karena dari pagi harus berkerumun dengan banyak orang. Hal yang paling dihindarinya selama hidup enam belas tahun.
Berjalan ke arah gerbang sekolah sendirian. Pasalnya Deris ada kepentingan dengan wali kelas entah urusan apa. Ia menghela nafas lagi, saat salah satu murid menubruknya dari belakang. Membuat ia hampir terjengkang ke depan.
Ya, orang itu main lari saja melewatinya.
"Adhis!"
Spontan Adhis menoleh tanpa minat. Alisnya menyatu dengan tanpa ekspresi. Memandang lelaki jaket denim hitam lagi ternyata si pemanggil.
Reval tau namanya?
"Payung pelangi gue mana?" tanya Reval langsung. Perlahan mengigit bibir dalamnya gemas.
ITU BISA GA SIH MUKANYA DIEKSPRESIIN DIKIT BIAR ADEM DILIAT?!
Melihat gadis itu akan melangkah, ia yang hendak mencekal lengannya malah berganti menginjak tali sepatu gadis itu yang terlepas. Membuat Adhis sontak terjengkang ke depan 'lagi'.
Namun, Reval lebih dulu mencengkeram ransel Adhis sebelum gadis itu terjatuh ke tanah. Membuat tubuh mungil itu menggantung antara udara dengan tanah. "Gue belum selesai ngomong."
Sial. Dilepas dikit Adhis bisa tersungkur mengenaskan dan pasti sakit!
Tanpa diduga, satu tarikan dari belakang, membuat mata Adhis membelalak terkejut. Tubuh mungilnya menabrak dada tegap Reval tanpa adanya jarak.
Sekali lagi, TANPA ADANYA JARAK.
Adhis menahan nafas. Entah mengapa, belum sampai empat menit sembilan detik, detak jantungnya sudah merespon gila.
Iya, orang jatuh cinta butuh waktu empat menit sampai sembilan detik untuk merespon apakah seseorang jatuh cinta atau tidak.
Adhis menggeleng cepat, tak ingin mengingat kutipan itu dari buku yang iseng ia baca.
"Woi! Maju dikit! Ga mau banget jaga jarak dari gue?" teriak suara berat Reval di belakang. Membuat Adhis spontan maju selangkah.
Sumpah ini orang dari kemaren kobam ya?! Tadi sengaja nginjek tali sepatu terus narik gitu aja dan itu megangnya tas?! Dipikir narik pancingan?!
Adhis berusaha menguasai dirinya agar tetap tenang. Memandang Reval yang sudah di depannya.
"Dibilang gue belum selesai ngomong. Sebagai ganti gue udah suka rela minjemin payung, dan malah lo ilangin. Besok lo harus ikut gue," kata Reval tegas. Setengah mati berusaha tak gemetar.
Adhis menghembuskan nafasnya yang tadi ditahan, memandang sengit Reval.
PAYUNG KAN BUKAN DIA YANG MINTA PINJEM DAN LAGIAN PAYUNGNYA GA ILANG! INI ORANG KENAPA, SIH?!
"Dan, lo ga boleh pake name tag itu lagi," kata Reval sebelum akhirnya berbalik badan dan jalan meninggalkan Adhis yang mematung di tempat. Membuat orang-orang yang tadi melihat bubar perlahan sembari berbisik-bisik.
Adhis tertegun bukan main. Membeku di tempat dengan perasaan menghangat begitu saja mendengar kalimat itu.
Walaupun itu hanya perintah iseng atau apa yang diucap, jujur Adhis senang. Karena ia ingin ada orang, siapapun itu. Menyuruhnya melepas name tag sialan ini yang buat ia jadi tak punya nama dan dijuluki Si A di sekolah.
Ting!
Adhis tersadar, ponselnya berbunyi ada pesan masuk. Ia merogoh saku seragamnya mengecek.
Burung Elan ga pake [g] : ke kos gue bentar, makan nasi goreng bareng gue. Mumpung gue lagi seneng kepilih jadi ketua OSIS.
![](https://img.wattpad.com/cover/253969490-288-k639890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si 'A'
Teen Fiction-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara- Berikut daftar keanehannya itu : 1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya. 2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya. 3. Perkedel kentang, ya...