48. Memori Asing?

212 44 8
                                    


Embot menghela nafas berat, pasrah saja didorong-dorong dua sahabat laknatnya itu. "Rela nih rela gue jadi umpan. Kurang baik apa coba gue?!"

"Cakwe, gue traktir dah." Reval membujuk.

"Oh, gue tambahin es Boba. Pas banget pasti panas gini," tambah Ompong. "Duitnya, Val?

"Yeee!" Reval menabok pundak Ompong.

"Somay Mang Ipin enak kali, ya," kata Embot sambil membayangkan. Kesempatan berharga ini tak mungkin disia-siakan. "apalagi batagor Mang Didin yang empuk-empuk itu, tambah mendoan sambel ijo ah mantap, Val."

Reval memutar bola matanya malas. Mau tak mau mengiyakan.

"Sip lah! Gini kan, gue ikhlas rido jadi umpannya," balas Embot semangat empat lima. Kemudian berjalan ke arah pojok lapangan menghampiri satu-satunya sahabat perempuan.

"Eits, romannya capek bener nih iseng ngebasket doang," katanya ikut duduk. Sindu langsung menatapnya sinis.

"Mau apa lo?!"

"Eits, kalem boskyuuu," kata Embot berusaha santai. Walau takut menjadi mangsa Sindu usai basket yang sudah kempes itu. "Mau sesi pijat gratis plus-plus gak nih, mumpung lagi pegel ya, kan, hati dan pikiran Dinda. Kanda siap membantu nih!"

"Gak mempan, Bot," kata Sindu. Tau betul maksud Embot apa. "Mau aja lo jadi budak Reval."

"Ini namanya bantuan darurat pertemanan, Du, bukan budak. Ih, marahnya lo jangan kayak emak gue deh julid gitu ke Reval."

Sindu memutar bola matanya malas. Menendang punggung Embot agar menjauh. "Ada imbalan traktiran jajan iya! Sono ah! Lo gak mau kelar kayak bola basket ini, kan?"

"Eits, sabar boskyuuu. Gue mau tanya dikit nih," balas Embot semeter di depan Sindu.

"Ogah, sono deh, Bot. Gue gak mood," decaknya melempar bola basket kempes itu ke wajah Embot.

"Sabar gue orangnya, Du. Makannya pantat tambah lebar," rancaunya tak karuan.

Sindu menghela nafas keras, "Tiup bola basket biar mood gue balik."

Embot mengumpat dalam hati. Ingat, ada somay, batagor, cakwe dan es Boba menanti.

"Nih boskyuuu," katanya dengan nafas tersengal-sengal usai meniup bola basket lamanya.

Sindu menggeleng pelan, terbahak lepas melihat wajah Embot yang sudah dibanjiri kringat. "Oke, mau lo apa?"

"Akhirnya," serunya riang. "lo ... diemin kita ke ... napa??'

Sindu merebahkan tubuhnya. Menatap ring basket. "Kecewa aja," katanya pelan.

Embot mangap. Mulai memikirkan pertanyaan selanjutnya. "Kecewa??" beonya.

"Hm, ngelanggar aturan yang dibuat sendiri dia."

Embot menatap Sindu lekat. Ikut merebahkan tubuhnya di samping cewek itu. "Tapi ko beda, ya. Maksud gue kayak ... ada rasa marah sama cemburu gitu."

"Bukan soal ... Reval doang, ya?" tanyanya hati-hati. Tau betul tabiat Sindu ketika sedang marah, kecewa, dan kesal. Apalagi mendengar perkataannya itu seperti ada rasa lain.

Sindu tertegun, terdiam begitu saja.

"Cerita aja, suka ke orang gak masalah kali. Yang penting masih prioritas Zargilos, kan?" Embot memiringkan tubuhnya menghadap Sindu. "apalagi suka ke gue, rela gue dah disukain Mak Lampir."

Detik itu juga, kepalanya ditoyor Sindu. "Jadi gak pijet gratis. Pundak gue pegel nih."

Embot bangkit duduk. Melihat sahabat ceweknya itu mengangkat kedua tangan ia terpaksa menarik bobot tubuh Sindu agar duduk. Kemudian ia membelakangi dan mulai memijat.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang