45. LEBUR

232 49 20
                                    

Rasa itu telah melebur, diiringi harapan yang sudah gugur, menyisakan puing-puing yang terlihat kabur, dan berakhir hanya bisa mengikuti alur.
Reval Cartizo





"Lo bikin perjanjian itu sendiri loh, tapi lo sendiri yang ngelanggar." Gadis rambut pirang itu terus saja menggerutu tanpa jeda. Berjalan keluar dari area sekolah Atlanta. "Lo tau kalau gue benci banget orang yang ingkar janji, Val!."

"ARGHHH BRENGSEK!" teriak gadis pirang itu, kaki kanannya menendang kaleng botol yang ada di depan. Entah sudah berapa kilometer ia berjalan. "SEMUA AJA LO REBUT CEWEK BISU!"

Sampai pandangannya melihat sosok yang menjadi kemarahan menggebu ini bersama orang yang ... ia suka diam-diam dibalik kaca Indomaret seberang jalan.

Tangannya mengepal erat, sampai kuku-kuku panjangnya menggores telapak tangan.

Ditempatnya, Adhis dibuat terkejut lagi setelah kejadian Reval tadi. Entah kesambet setan apa, lelaki bossy itu mendadak seolah punya kepribadian ganda.

Katanya mau belajar buat OSK, tapi kok malah berhentiin bus di area komplek rumahnya, Sindang Sari? Mana masuk ke Indomaret dulu?

"Hari ini aja loh, Dek," kata pegawai Indomaret itu. Es krimnya lagi promo beli 1 gratis 1, waktu itu maksa adain promo padahal belum ada."

Jadi, cowok itu bener niat membelikannya es krim waktu itu??? Bukan hasil promo beli 1 gratis 1? Ngapain, sih?!

Adhis kembali memandang Mba-Mba Indomaret tanpa ekspresi, setelah tadi melirik sebentar cowok di sampingnya. Sementara Elan sudah tersenyum kecut pada pegawai itu.

"Gak deh, Mba. Hari ini cuacanya dingin," jawab Elan datar.

"Loh sayang, Dek. Promonya hari ini aja loh, besok-besok bakal naik harganya."

Lagi-lagi Elan hanya bisa tersenyum kecut, kemudian menarik tangan Adhis keluar dari Indomaret setelah membeli dua minuman kaleng.

Menyebrang jalan, Elan masih menarik Adhis ke kursi panjang diseberang itu. Tempat beberapa Minggu lalu mereka duduk berdua tanpa obrolan.

Elan membuka tutup kalengnya. "Belajar OSK-nya rumah lo aja. Bosen di kos gue mulu. Deket sini, kan?"

Adhis hanya mengangguk samar. Tangannya terulur membuka tutup kaleng juga. Hendak meminum, namun seseorang menarik kasar minuman itu. Ia mengangkat kepala.

Sindu memandang sengit Adhis, sebelumnya menatap datar cowok itu yang kini sudah berdiri.

Pasti ingin membela.

CUIH. MENJIJIKKAN. BUKANNYA PHOBIA CEWEK, YA?!

Sindu menghembuskan nafas kasar, tangannya membalikkan minuman kaleng itu tepat di atas kepala Adhis.

Ia terbahak puas melihat dress putih Adhis basah. Untung si bajingan Elan itu telat menepis tangannya.

Senyuman miring tercetak. "Itu, pantes lo dapetin!"

Membalas tatapan datar Elan, ia berbalik melangkah meninggalkan keduanya. Tepat dilangkah kelima ia berhenti lalu berbalik. "UNTUNG GUE LEBIH MILIH MATIIN NIH KALENG DARIPADA LO CEWEK BISU!"

Elan tertegun. Adhis yang sudah basah kuyup pun jadi berdiri dari duduknya dan menoleh.

Sindu lalu berbalik, eskpresi wajahnya berubah mengeruh. Segala kekesalan dan amarahnya berubah menjadi ... patah hati.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang