33. PATNER BELAJAR

253 55 9
                                        

Adhis mempererat pegangan pada tas. Mempercepat langkah ketika di belakangnya terdengar langkah kaki berusaha mengejarnya.

"Eh, tungguin."

Adhis terus berjalan cepat. Namun, orang itu sudah berhasil menyamai langkahnya duluan. Mau tak mau ia berhenti.

Adhis menoleh tanpa ekspresi, memandang Elan jengah. Sudah seminggu lebih, tiap dua hari sekali ia harus belajar bareng di kos cowok itu demi kepentingan OSK kimia.

Mana harus pulang bareng terus dua hari sekali sama tuh 'patner belajar'.

Elan tersenyum tipis, "Bareng. Dah dibilang aturan tempat gue ngekos cewek ga boleh masuk kalau ga sama anak kosnya."

Adhis memutar bola matanya malas, lanjut melangkah lebih dulu meninggalkan Elan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adhis memutar bola matanya malas, lanjut melangkah lebih dulu meninggalkan Elan.

Lagian, kenapa juga harus dua hari sekali coba belajar barengnya? Padahal masih lama lombanya. Kan, lebih penting lomba Atlanta series empat tiga Minggu lagi.

🌚🌚🌚

Sekarang Adhis ada di kos putra depan kos putri tempat tinggal Sindu, dengan nomer kos 003.

Iya, Elan tinggal di sini.

"Punten, ini minumannya Akang, Teteh ...."

Adhis yang tengah membaca materi mendongak, menatap teman kos Elan sekilas. Lalu lanjut mengerjakan latihan soal setelah membaca materinya tadi.

"Ini teh anget bener pake gula, kan, Dan?" tanya Elan melihat dua teh manis di meja. Pasalnya Bondan suka keliru bedain gula sama garem.

"Hm, kali ini bener. Gue cicip dulu tadi," balas Bondan. Lalu duduk di sofa belakang Elan.

Adhis menjulurkan tangannya di meja, meletakkan kepala di sana sebelum mengerjakan latihan soal lagi. Dua jam belajar bareng sama Elan, rasanya seperti dua puluh empat jam.

Elan melirik Adhis sekilas yang mengerjakan soal. Lalu berbalik ke belakang menghadap Bondan. Menyerahkan ponselnya. "Potoin."

Bondan yang tengah bermain game berhenti. Menatap Elan bingung. "Buat apaan?"

"Dah, cepet potoin. Dari depan, biar dia keliatan."

Bondan menaikkan satu alis bingung. Tersenyum jail pada Elan. Walau berikutnya ditoyor, ia cepat-cepat bangkit berdiri. Adhis pun jadi menoleh seutuhnya pada Elan.

Ngapain poto sama Adhis?

Cekrek

"Wah, sialan lo. Belum siap ege." Elan mengumpat.

"Momennya cakep, lo bedua lagi tatap-tatapan," celetuk Bondan jujur.

"Paan si. Ini buat dokumentasi ke grup," kata Elan.

Mendengar itu, Adhis membuka ponsel dan masuk ke aplikasi WhatsApp. Dan, benar saja.

OSK KIMIA 2020

Guru kimia : yg lagi belajar buat osk dokumentasiin. Jangan kamera depan, minta dipotoin aja biar bukunya keliatan.

"Cepetan, lo lanjut ngerjain soalnya. Dan, lo yang bener motonya," kata Elan pada Adhis dan Bondan. Ia pun juga kembali mengerjakan soal.

Adhis mendelik sesaat pada Elan, lalu menaruh lagi ponselnya di meja dan kembali mengerjakan soal.

"Siap? Ji-ron-tul."

Cekrek

"Dah, sini hp gue, " kata Elan. Detik kemudian matanya membelalak saat melihat hasil poto. "Ini ngapa jadi lo selvi bahlul."

"Lah, belum gue alihin kamera belakang." Bondan cengengesan tanpa dosa. Lalu kembali memotret dua ambis itu yang tengah belajar. Setelah selesai memberikan ponselnya pada Elan. Lalu lanjut bermain game, tapi beralih di kamarnya.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

"Berisik hp lo, cek dulu. Ganggu," kata Elan yang sedang mengerjakan soal terusik.

Adhis dengan malas meraih ponselnya lagi, melihat notifikasi lalu memencetnya. Agar langsung masuk aplikasi WhatsApp.

Kening Adhis berkerut melihat deretan pesan dari nomer asing.



Unknown Number : [message has been deleted] (+7)



Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang