-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara-
Berikut daftar keanehannya itu :
1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya.
2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya.
3. Perkedel kentang, ya...
Adhis berjalan di koridor lantai atas XI IPA sebelum masuk kelas, karena tadi bertemu guru kimianya di ruang guru untuk mengambil buku-buku referensi berisi ratusan soal yang juga dilengkapi materi OSK kimia.
"Murung terus dari masalah ga ada faedahnya. Mending ngelakuin apa yang lo suka. Ngemil permen caca misalnya. Walaupun gue sering sakit gigi, karena rakus makannya saat badmood, tapi bikin sedikit ngerasa lebih baik."
Adhis yang hendak menuruni tangga yang menghubungkan koridor X IPA terurung. Ia berbalik, berjalan ke arah kopsis. Karena koperasi sekolah itu tidak hanya menyediakan perlengkapan sekolah. Namun, juga makanan. Permen caca. Itu tujuannya.
Memasuki kopsis, Adhis langsung berjalan ke etalase--mengambil permen caca. Namun, sebuah tangan berbarengan mengambil permen caca juga.
"A-adhis?" tanya perempuan yang bersamaan mengambil permen caca tadi. "L-lo juga sekolah di sini ternyata. Gue murid baru nih."
Adhis mengangguk sebagai respon. Respon pertanyaan orang untuk yang pertama kali.
"Kangen banget, lama ga ketemu." Detik yang sama mengatakan itu, perempuan ber-name tag Deris Maharis memeluk Adhis tiba-tiba. Membuat Adhis buru-buru mengalihkan buku-buku keperluan OSK itu ke etalase.
Ujung bibir Adhis yang tidak pernah tertarik untuk senyum, kini tanpa dipaksa. Senyumnya terbit, sampai mata membentuk kantung dibawah. Perempuan yang memeluk itu ... satu-satunya teman dalam hidup. Teman pertama masa SMP.
Takdir sedikit memberinya kebahagian dengan kembalinya Deris.
3 tahun lalu
Gadis dengan pakaian bebas, padahal tengah pembagian raport semester satu itu malah berada di ayunan belakang sekolah. Tangannya menggenggam erat tali dengan kepala sejajar dengan tubuh. Membuat rambut pirang sepunggung hampir mengenai tanah. Sementara, kedua kaki terus naik-turun ke atas agar ayunan tetap berayun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"L-lo ngapain?"
Gadis itu yang tengah fokus menembus dedaunan pohon yang menghalangi untuk menatap langit jadi teralihkan oleh pertanyaan itu. Ia mengangkat sedikit kepala, menatap sekilas gadis berkacamata kuncir kuda dilengkapi poni memakai seragam sekolah SMP Bima Sakti. Bisa disimpulkan dia satu sekolah dengannya.
"Main ayunan yang bener. Pala lo nantinya kesengklek gimana?" Gadis berkacamata itu memberhentikan ayunan.
"Gue juga kelas tujuh, kita sebelahan ko kelasnya. Lo kelas 7-A, kan?" Gadis berkacamata memunggunginya. Mulai mendorong ayunan dengan benar. "Gue kelas 7-B."
Yang diayunkan jadi tersenyum sekilas. Dia Adhisty Gabriella, meloncat dari ayunan. Membuat kaget gadis yang mengayunnya. Ia berbalik badan menatap gadis berkacamata. Tatapannya terkunci pada name tag gadis itu. Deris Maharis.
Entah Deris tau dari mana Adhis berada di kelas 7A. Padahal ia tidak pernah keluar kelas kecuali pulang dan berangkat sekolah. Pastinya juga ia tidak pernah berpapasan.
Deris kini sudah duduk di ayunan. Tidak mengharapkan jawaban dari Adhis. Karena yang ia tau dari teman-teman sekelas, katanya Adhis susah untuk bersosialisasi, berbicara dengan orang pun tidak pernah. Entah pribadinya memang pendiam atau bisu? Entahlah, kacamatanya tidak bisa meramal.
Adhis diam di tempatnya. Melihat Deris yang mulai berayun.
Deris berhenti mengayunkan ayunan. Ia mengambil sekotak permen caca dari ransel kecil yang dibawa. "Mau?"
Yang ditanya menggeleng pelan. Deris mencoba memahami. Gadis itu biasanya menyendiri saat ada masalah. Mungkin ... Adhis juga begitu.
Deris memasukkan permen caca lima sekaligus ke mulut. Disela mengunyah, ia berkata, "Murung terus dari masalah ga ada faedahnya. Mending lakuin apa yang lo suka. Ngemil permen caca misalnya. Walaupun gue sering sakit gigi, karena rakus makannya saat badmood, tapi bikin sedikit ngerasa lebih baik."
Detik itu juga Adhis mengembat sekotak permen caca. Membuka satu bungkus, lalu memasukkan ke mulut semua isinya.
Deris terkekeh pelan. Lalu merebut kotak di tangan Adhis. "Permen gue ini, jangan embat semua. Satu bungkus ajah udah cukup buat pemula."
Adhis nyengir untuk yang pertama kali. Sepertinya Deris suka sekali permen caca.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggalkan setitik jejak ya....
Dua hari kedepan Si 'A' ga up karena mau bikin 2 cerpen; satu lomba, satu lagi tugas.
Maacih selalu baca dan ninggalin vote juga(Emot lope-lope banyak warna-warni)