28. INI ANEH

208 56 7
                                    

Deris : dah mau jam 7 ko blom dateng, Dhis?

Gadis itu sedikit khawatir, menunggu di depan kelas Adhis sejak lima belas menit yang lalu untuk meminjam beberapa catatan, karena ketinggalan banyak pelajaran.

Ia kembali mengetikkan pesan.

Deris : katanya ada UH bio?

Deris : Adhissss:(

Deris : hujan gini macet kah?

Deris : elo sih ah datengnya ga pagian


"Ris, ngapain lo?"

Deris sontak berhenti mengirim pesan pada Adhis. Mendongak, mendapati Evan di depannya. "Nunggu, Adhis. Ini kelas dia."

"Lah, belum berangkat juga?" tanya Evan yang langsung diangguki Deris. Detik kemudian matanya menangkap sosok guru yang menghampiri kelas ini. "Noh, kayaknya Bu Dian mau kesini. Ngajar di kelas Adhis kali."

Deris mengikuti arah pandang Evan. Detik kemudian mendesah, menarik tangan cowok itu agar pergi dari kelas X IPA 3.





🌚🌚🌚




Membaca deretan pesan WhatsApp dari Deris, Adhis menghela nafas pendek. Sekarang ia masih berada di bis menuju sekolah. Payung pelangi yang diberikan cowok berjaket hitam itu--Reval, dilipat.

Tak lama, Atlanta High School terlihat. Memencet tombol pemberhentian dalam bis agar berhenti. Lalu membayar selembar uang hijau dan turun.

Tasnya masih basah. Namun, seragam sekolah sudah agak mengering.

Menyebrang jalan, Adhis sedikit mengernyit. Melihat gerbang tidak di tutup. Bahkan, satpam yang biasa berjaga tidak ada. Ia dengan cepat berlari memasuki sekolah dan menuju kelasnya--X IPA 3.

Sampai di kelasnya, terlihat Bu Dian duduk anteng di kursi. Lalu murid kompak tengah mengerjakan soal tanpa ada bisikan-bisikan atau melempar gulungan kertas untuk mencontek.

Jelas saja, siapa juga yang berani melawan Bu Dian si guru killer?

Telat datang, langsung di alva tanpa banyak cincong. Telat mengerjakan pr, langsung dikasih nilai telur ayam. Telat ulangan apalagi, guru itu tak menerima sesi susulan. Tak menerima alasan apapun kecuali ada keterangan izin padanya dengan 'sopan'.

Payung pelangi yang sudah mengering, ia taruh di bawah kursi panjang depan kelas. Lalu berjalan masuk dengan hati tenang tanpa salam. Membuat orang kelas mendongak kompak.

Bu Dian yang sadar ada murid telat yang dimaksud datang, menoleh, "Cepat duduk, waktu ulangannya sisa lima belas menit."

Adhis menyatukan kedua alisnya--bingung. Bahkan orang kelas sebagian menganga. Berjalan ke bangku pojok tempat ia duduk.

Ini aneh.

Bu Dian, yang ga mau ribet dan disiplin segala hal. Apalagi ga peduli sama siapa yang punya koneksi gede di Atlanta. Guru itu murni menindak tegas murid yang melakukan kesalahan. Menyuruhnya duduk dan mengikuti ulangan?

Seakan Adhis tak melakukan kesalahan.

Kemungkinan cuma satu, yang pasti mustahil karena 'koneksi' papah. Apa pria itu ... mengizinkan ia datang terlambat?

Wait.

Papahnya tidak tau-menau ia akan datang terlambat. Terlebih pria itu tau Adhis berangkat dari rumah pukul setengah tujuh.

Atau ... ada orang lain yang mengizinkannya?


🌚🌚🌚




"Untung gue ahli malsuin tanda tangan orang, beruntung lo punya sahabat kayak gue."

"Iya-iya, thanks."

"Lagian, ngizinin siapa lagi pake buat surat palsu segala? Mana gue ga boleh baca namanya."

"Rahasia."

"Lah, si Reval punya rahasia segala?"

"Dah, ah. Buruan, katanya minta ditraktir!"

Dua sejoli itu berjalan ke arah kantin, dengan santai berangkulan. Sesekali melirik kanan-kiri agar tidak keciduk Pak Uje.

To Be Continue

Reval niat banget bikin surat izin palsu ya....

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang