55. Tentang Hal-Hal yang Tak Disadari

166 25 0
                                    


"Coba lihat dari sisi yang berbeda, kau akan temukan sejuta makna, dan itu tak seburuk apa yang disangka."

-


Ica masuk ke ruang kerja Randi, untuk mengambil barang kecil -flashdisk-yang dipinta Papa.

Mencari perlahan agar berkas-berkas yang ada di lemari tak berantakan, lalu beralih pada meja kerja, kemudian laci. Tapi ujungnya tetap berantakan juga karena ia sudah frustasi menyari, sampai tak sadar laci masih terbuka dan jatuh begitu saja hingga isinya berantakan. Beruntungnya, ruang kerja Papa kedap suara.

Segera membereskan berkas yang ada di dalam laci itu, namun selembar foto kecil yang sudah usang menarik perhatiannya. Di mana belakang foto itu bertuliskan 'selamat bertumbuh dan bertaruh(9)'.

Penasaran, dia membalikkan foto itu setelah mengusapnya dengan kemeja panjangnya. Detik itu juga, terkejut melihat foto candid gadis kecil berpakaian merah putih di sana.

Walau buram, tapi ia tahu gadis kecil itu adalah ... 'adik perempuannya' yang tengah memakai sepatu.

Apa ... Papa memotret diam-diam?

Ia semakin tertegun saat melihat tanggal cetaknya di ujung atas foto -empat tahun lalu.


🌝🌝🌝🌝


"Gak ada penolakan," kata Deris di parkiran rumah sakit siang tadi. "Ini tas isinya semua keperluan lo, pokoknya semua yang lo butuhin ada. Dan lo harus ikutan kita berkemah depan kos."

Adhis pasrah saja -jelas- dipaksa untuk berkemah bersama temannya itu Elan, Evan, dan Sivia di depan kamar kos si bossy itu.

Katanya untuk refreshing otak dari ujian, sekaligus penghibur sisa tahun nanti malam.

Entah apa yang akan mereka lakukan. Adhis sebenarnya senang juga, karena tak tahu harus pulang kemana setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Satu hal juga yang masih ia bingungkan, bahwa bagaimana segala biaya dan keperluannya selama di rumah sakit sudah ditanggung oleh Elan?

Apa ini peran dari pura-pura tulus?

Miris.

Miris tak punya uang sepersen pun, miris tak punya tempat berteduh, miris tak punya orang yang benar-benar tulus selain Deris, dan dengan segala kemirisannya dia masih saja berkeliaran. Tak mau kembali ke rumah dengan cara terus kabur-kaburan. Dan sekarang masih saja mencari pelarian.

"Udah selesai. Mau megangin terus?"

Adhis mengerjap. Baru sadar tenda sudah dipasang. Dia pun melepas pegangan pada bawah tenda, dan masuk ke dalam untuk rebahan.

Tapi, dalam tenda masih berserakan oleh pakaian Deris- yang diberikan gadis itu untuknya sebagai baju ganti.

Sekali lagi, miris sekali hidup Si A ini, ya?

Melepas sendal, dia masuk untuk merapikan. Mulai melipat beberapa pakaian dan ditumpuk menjadi satu, lalu dimasukkan dalam paper bag besar Deris.

Lah, tadi bossy itu kemana? Tadi 'kan di samping ikut bebenah?

Adhis menoleh, mendapati Elan sudah beranjak berdiri. Detik itu juga dia membelalak saat cowok itu menggunakan sendal jepitnya -sebenernya punya Deris- tanpa izin.

Si 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang