Pengumuman pembagian raport baru saja diumumkan seminggu kemudian. Kini para murid diperintah Elan selaku ketua OSIS untuk membersihkan kelas masing-masing agar orangtua merasa nyaman saat pembagian raport nanti. Sementara itu para guru Atlanta tengah mengadakan rapat.
"Sapunya mana, Lan? Katanya udah diambil?" tanya Romi yang hendak menyapu kelas.
"Lupa," katanya yang tengah membersihkan jendela. "gue ambil dulu, gantiin dulu bentar."
"Oke dah!"
Kemudian Elan keluar kelas, naik tangga menuju lantai dua jurusan Bahasa kelas dua belas. Berbelok usai sampai di tangga atas, tapi gadis mungil memakai earphone itu menabraknya.
Elan memutar bola mata malas. Ia kembali berjalan. Tak mempedulikan tali sepatu gadis di depannya terlepas, tapi detik kemudian berbalik dibarengi menarik satu tangan mungil itu yang akan menuruni tangga.
"Ceroboh," katanya. Lalu melepaskan cekalan tangannya kemudian menjauhkan diri dari gadis itu yang diam membeku dengan jarak minim tadi.
Gadis itu menghembuskan nafas lega, menatap punggung Elan itu sebentar sebelum mengikat tali sepatunya.
"Adhis! Gue tungguin di kelas lo, malah disitu. Udah kelar, kan urusan sama Pak Uje?"
Suara dari bawah tangga membuatnya mendongak. Selesai mengikat, ia turun dari tangga dengan senyum manis yang kini tak pernah pudar pada Deris.
Deris itu bagai pengganti cahaya hidupnya yang sejak lama hilang.
🌚🌚🌚
"Bentar Du, bentar."
Sindu menghembuskan nafas kasar. Membiarkan Reval menukar makanannya.
Sudah dibolehkan duduk bersamanya dengan Embot, cowok itu malah banyak tingkah. Untung si Ompong anteng-anteng aja. Padahal perut Sindu sudah keroncong sejak tadi bersih-bersih kelas.
"Nasi goreng lo ada bawangnya, makan nasi uduk punya gue aja. Gak ada bawangnya," kata Reval lalu memasukkan gumpalan nasi uduk ke mulut Sindu dengan tangannya.
Sindu tertegun. Ternyata Reval ingat alerginya. Spontan, ia membuka mulut dan mengunyah nasi uduk milik Reval.
"Nah, gitu dong akur. Gini, kan enak aman damai," celetuk Embot yang tengah mengunyah gorengan.
"Bakwan gue woi, Bot! Lo, kan mendoan. Balikin sini ah!" seru Ompong tak terima.
Sindu menoleh dengan kekehan pelan. Lalu kembali menghadap Reval dengan mulut terbuka sambil berkata, "Aaaaa."
"Yee, keenakan lu." Reval menggeleng pelan. Walau dalam hati perasaan senang tak bisa terpungkiri.
🌚🌚🌚
"Emang ya, koneksi besar bisa berbuat segalanya. Sekedar raport dibagi sekarang aja bisa. Enak banget jadi Si A-Si A itu."
Di sekolah Elan acuh saja mendengar gosipan-gosipan kakak kelas itu di sepanjang koridor Bahasa, tapi sampai kos-kosan ia benar-benar tak bisa acuh.
Kayak, ada yang ngusiknya suruh datengin Adhis.
"Elan?"
Ia mengerjap, "Hah, apaan??"
"Elu ya, kacang mulu gue ngomong," cibir Bondan kesal. Mengambil lagi kentang goreng lalu lanjut menonton Bola. Dari pada menonton orang bengong, kan?
"Sorry," katanya lalu bangkit berdiri. "Gue keluar dulu, Dan."
"Hm, tapi jangan balik tengah malem mulu. Gue harus stay nunggu jadinya!"
![](https://img.wattpad.com/cover/253969490-288-k639890.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si 'A'
Fiksi Remaja-Dia yang tak bersuara, penuh teka dalam lara- Berikut daftar keanehannya itu : 1. Notebook, yang isinya gambar liar adalah harta karunnya. 2. Rumput belakang sekolah, yang dikunjungi saat bel istirahat adalah surga dunianya. 3. Perkedel kentang, ya...