64 - Mr. Brown

403 102 13
                                    

"Jangan panik."

"Katakan padaku bagaimana agar tidak panik."

Pintu ruangan Gazella sudah tertutup rapat saat aku datang. Bagaimana para perempuan itu bisa seenaknya saja melahirkan sewaktu-waktu, seenaknya sendiri? Kata Sylvester, Gazella sudah berada di dalam ruangan sejak beberapa jam lalu dan mengalami kontraksi sejak semalam, tapi dia tidak memberitahu karena aku harus menghadiri acara penting esok harinya. Dia baru bilang padaku saar acara amal sialan itu selesai dan aku sudah menyelesaikan pekerjaanku di sana. Kenapa aku selalu datang terlambat? Dan datang tepat waktu di momen-momen paling tidak penting!

"Kau bisa masuk, jika itu membuatmu tenang."

"Kau tutup mulumu itu, Sylvester. Itu akan lebih banyak membantu."

Sylvester sedikit mencebik dan mengangguk kecil kemudian pergi dari tempat dia bersandar di samping pintu. Aku tidak bisa menemukan diriku duduk dengan tenang--atau bahkan berdiri dan bersandar dengan tenang sambil merokok seperti yang dilakukan Sylvester tadi. Gazella sudah berada di kondisi ini lebih dari satu jam dan dia masih berteriak tertahan-atau apa pun itu di dalam ruangan bersama Visconti. Rasanya aku bolak balik di depan pintu kamar Gazella selama satu dekade sampai tidak terdengar suara apa pun lagi. Koreksi, ada suara. Para perawat dan Visconti sedang sibuk melakukan sesuatu.

Apa yang terjadi di dalam?

Bagaimana keadaaan Gazella?

Tidak, tidak! Aku tidak bisa membiarkan diriku terlambat kali ini! Tanpa berpikir panjang dan menghabiskan lebih banyak waktu dalam kesia-siaan, aku bergegas memasuki ruangan di mana Gazella sedang melahirkan. Terkunci! Oh, sial! Kaupikir dengan mengunci pintunya bisa menghalangiku? Makan pantatku, sialan! Dengan sekali tendangan keras, akhirnya pintu sialan itu berhasil terbuka lebar.

Oh, Dios Mio.

Merah, darah di sana sini. Seakan semua ruangan itu memerah dan segala macam bebauan menyeruak ke indera penciumanku. Namun begitu, satu-satunya yang bisa kupikirkan adalah sosok yang terbaring lemah di atas ranjang. Darah yang keluar dari tubuh Gazella begitu banyak. Para suster bekerja ke sana kemari, sedangkan Visconti memegang sosok kecil yang terlihat seperti sedang tersedak. Hah? Kenapa bocah itu? Bayi laki-laki yang awalnya tidak kudengar menangis, baru menangis histeris setelah aku masuk.

"D--dok, bayinya bisa menangis!" ucap suster yang anehnya ... terdengar lega dan sangat senang. Apa yang terjadi, memangnya?

Visconti menyerahkan bayi laki-laki yang sedang mengamuk itu pada si suster sambil berkata, "Berkat Tuan Franceso yang mengagetkan semua orang di ruangan ini termasuk si kecil, sepertinya kita tidak perlu melakukan resusitasi, suster." Pria itu melepaskan baju hijaunya dan kemudian berjalan menghadapku. "Seperti yang kaulihat, anaknya laki-laki dan sehat."

"Oke," jawabku mengamati sosok kecil yang tengah dibersihkan suster.

"Selamat, Tuan," ucap Visconti sambil berjalan ke arahku.

"... Oke?"

Apa-apaan?

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sampai Visconti mengatakan padaku, anak Gisela mengalami afiksia, yaitu ketika manusia kecil bodoh itu menelan air ketuban yang harusnya adalah pelumas agar dia bisa keluar dengan mudah. Anak yang mirip dengan ayahnya, tukang membuat onar. Aku tidak bisa memahami kenapa para perempuan menyukai manusia kecil yang kacau itu. Tapi apa pun itu, tidak ada yang bisa membuatku lebih lega daripada melihat Gazella dengan bayi kecilnya tertidur di atas dadanya. Pemandangan yang paling menenangkan yang pernah kulihat. Rambut Gazella, hitam panjang berombak masih sangat basah karena keringat, seakan menyelimuti tubuhnya yang kelelahan. Wajah cantiknya juga masih sembap. Namun bahkan ketika dia sedang tertidur, aku tahu wanita itu tengah berada dalam sebuah kebahagiaan kecil dalam dunia kecilnya yang telah banyak menguras emosinya. Dia pasti merasa bahagia saat merasakan detak jantung kecil di dekat degup jantungnya sendiri.

Miss Brown (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang