24 - Gala Dinner

545 159 3
                                    

Baiklah, kita masuki dunia tidak masuk akal bagi orang dewasa sepertiku. 

Aku, yang terbiasa menghadapi kerasnya dunia, cepatnya mobilitas dan gilanya masyarakat, kini harus terlibat dalam kisah cinta para bangsawan kerajaan seperti ini adalah sebuah teater klasik di dunia modern. Andai mereka tahu, aku takkan mengajukan diri untuk menjadi casting drama ini, berapa banyak pun mereka memberiku imbalan. Tapi mereka sama sekali tidak menawariku. Mereka menjebakku masuk dalam khayalan yang terasa nyata ini begitu saja tanpa seizinku.

Adeline menggambarkan kisah ini dengan kisah Swan Lake. 

Mungkin Tuan Phillip memiliki segala yang dimiliki peran Si Pangeran, Siegfried. Tampan, kastel, rambut pirang, harta, termasuk status secara harfiah sebagai seorang pangeran. Sedangkan tokoh utama wanita yang dibicarakannya adalah aku sebagai Odette? Aku sama sekali tidak memiliki penggambaran diri yang sama seperti Odette, seorang putri kerajaan, gadis muda cantik dengan kulit putih, bermanik mata biru, berambut emas, dan cocok diibaratkan seekor angsa putih di cerita Swan Lake.

Di wanita di depan cermin itu memiliki mata hitam, rambut hitam bergelombang, kulit sewarna tembaga dan berusia awal tiga puluh. Aku sudah tidak muda, dan drama ini terasa sangat konyol bagiku. Rasanya aku ingin kembali ke kantor sekarang, bekerja sampai pingsan, lalu terbangun di kamarku dengan suara marah Joanne sebagai alarm. Aduh, gaun ini. Aku harus menegakkan punggung agar lipatan perutku tidak kelihatan. Ah, kapan terakhir aku masuk gym? Rasanya punggungku sudah sakit. Aku ingin merebahkan diri saja.

"Pasangan yang menarik, Gisela. Kudengar dia adalah seorang polisi."

"Berhenti mengoceh, Renaud. Aku tahu apa yang ada dalam kepala cabulmu itu. Jangan dekati temanku, aku serius." 

Aku sudah berusaha serius memperingatkan teman gay-ku satu ini, tapi aku tidak bisa menahan tawaku saat Renaud terus memandang pantat Jeremy. Kami berakhir terkekeh-kekeh memandangi Jeremy yang sedang berbincang dengan seorang awak media yang dia kenali. Renaud tertawa sambil menutup bibirnya kemudian pergi begitu saja saat Jeremy datang ke arah kami. Renaud, seperti desainer ternama lainnya sekelas Donatella, memiliki obsesi tertentu pada pesta dan kemewahan, sesuatu seperti pesta malam ini. Aku hampir tak pernah menampakkan diriku pada acara-acara seperti ini, andai tidak demi simbolis di media atas keberhasilan Gazelle di MFW kemarin. Aku sudah menduga akan menjadi seperti ini, tapi rasanya, rasanya aku tidak pernah menjadi bagian dari glamor yang berkilauan dalam ruangan, terlebih bersama seseorang yang tidak kuduga juga.

"Aku tak akan menduga kau sering berada di tempat seperti ini, Sel."

"Tidak sering, Jeremy. Kau bisa menganggap kita sama-sama baru kali ini menghadiri Met Gala."

Tak sepertiku, wajah kagum yang kulihat di ekspresi Jeremy menunjukkan bahwa ia kurang lebih menikmati pesta Renaud. Ia membisikkan sesuatu tentang ia mengenal beberapa orang di sana, artis terkenal, kemudian berkomentar tentang sajian dan dessert. Andai saja Joanne cukup baik untuk tidak membohongi Jeremy dan membuatnya datang ke apartemenku, berpikir bahwa aku sedang mencoba bunuh diri karena tak sanggup berhadapan dengan duka kehilangan mama. Dia datang saat aku sudah selesai berdandan. Lucu sekali melihat bagaimana Jeremy yang masih memakai seragam polisinya, terengah-engah, rahangnya jatuh saat aku membuka pintu dengan memakai gaun pesta ini. Setelah menjelaskan apa yang terjadi, aku merasa agak sungkan pada Jeremy untuk membiarkannya pergi begitu saja setelah dia repot-repot mendatangi kediamanku karena khawatir. Aku setengah hati menawarinya untuk menemaniku pergi ke pesta--well, Joanne menipunya untuk mengirimiku pasangan sejak awal. Tak kuduga dia menyetujui tawaranku begitu saja.

"Oh, Sel, lihat. Itu adalah pasangan keluarga kerajaan yang kerap dibincangkan media," bisik Jeremy dengan mendekatkan wajahnya di sisi wajahku.

Tentu saja itu adalah Tuan Phillip dan Adeline. Aku cukup tertegun dengan sosok Tuan Phillip malam itu. Seperti biasa, dia memakai setelan yang simpel, namun jelas, kualitas kain, desain, dan tiap garis setelan itu sama sekali mengagumkan. Lagi-lagi aku tak punya gambaran siapa yang membuat pakaian-pakaian sang pangeran. Itu seperti desain rumahan yang jauh dari kata mewah, namun berkualitas tinggi dan dijahit dengan keahlian sempurna. Di sebelahnya Adeline Clamentine tersenyum ramah, menggunakan gaun milik Donatella, tas milik Chanel dan sepatu dari Renaud, menyambut teman-teman selebritasnya.

Miss Brown (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang