"Katakan semua yang kauinginkan, Gisela. Aku ingin kita memperjelas hubungan seperti apa yang sedang terjadi di antara kita. Malam ini juga."
"Apa yang sedang kaubicarakan, Phillip?"
Apa yang terjadi padamu?
Apa yang sudah kulakukan hingga kau terlihat hancur seperti ini?
"Kenapa kau tidak jatuh cinta padaku saja, Gisela?"
Phillip, jemarinya gemetar, dengan ibu jari mengusap kelopak mataku. Aku terpaksa menutup mata. Dingin. Jemari pria ini selalu dingin. Dan keras. Ia menekan mataku, seakan ingin mencongkelnya. Tiba-tiba saja rasanya dingin dari tangannya itu membuat seluruh tubuhku membeku. Tubuhku membusur ke arah Phillip secara refleks.
"Kenapa mata indahmu ini selalu terlihat ketakutan saat kau bersamaku? Kenapa semua aku harus menerima semua kebaikanmu ini tanpa dapat kaucintai? Kenapa kau menyiksaku seperti ini, Gisela?!"
Oh, Phillip!
"Kau menikahiku karena kau ingin mendapatkan sesuatu dari hubungan ini. Kau bekerja sama dengan Adeline. Kau bersedia menikahiku, sebagai gantinya, Adeline akan terus berjalan untuk perusahaanmu? Kau pikir aku tidak tahu itu?"
"Phillip! Dengar—"
"Kau tidak pernah mencintaiku, bukan begitu?"
Sesuatu menempel di dahiku. Dingin. Bagian dari tubuh Phillip. Dahinya. Dan getaran itu.
"Kau sangat cantik, Gisela. Tubuh dan tatapan matamu, suaramu, embusan napasmu ... kau sangat cantik. Kenapa kau tidak menyentuhku dengan tatapanmu itu, sementara seluruh Amerika dan Liechtenstein mendapatkan perhatianmu?"
"Phillip, aku mencintaimu."
"Bohong," ucapnya sambil menggeleng. "Sejak malam pertama pernikahan ini, kau tidak merasa nyaman berada satu ruangan bersamaku. Kau tidur di pojok ranjang, seperti seekor rusa yang berpura-pura mati di depan pemangsanya. Kau hampir tidak ingin menyentuhku terlebih dahulu. Kau tidak pernah melihatku seperti seorang pria. Kau tidak menyimpan perasaan yang kuberikan padamu. Kau hanya berada di sini, karena kau berpikir, ini adalah yang terbaik bagi semuanya. Bukan karena kau benar-benar ingin bersamaku."
Pundaknya gemetar. Phillip adalah pria jangkung yang cukup kurus. Aku bisa melihat pundak, dan ujung anak rambutnya gemetar. Ia sedang menahan diri. Dia ... untuk pertama kalinya sejak aku mengenal pria ini, aku melihat pria ini kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dia selalu mengendalikan apa yang dia pikirkan, bahkan bisa mengendalikan apa yang dipikirkan orang lain tentangnya dengan beberapa cara yang hanya Phillip yang bisa melakukan. Tapi kali ini ... dia sama sekali tidak terlihat seperti apa yang dia perlihatkan di hadapan orang lain. Seakan ia sedang menahan monster di dalam dirinya agar tidak mengamuk.
Memberanikan diri, aku meraih tangan Phillip di wajahku dan menariknya dari sana. Aku membiarkan kedua tangan pria itu beristirahat di leherku. Mata Phillip sama sekali tidak berbinar seperti biasanya. Mata itu tidak bersedia menatapku seakan akulah yang satu-satunya yang membuatnya marah.
"Lalu kaupikir, di mana aku menyimpan perasaanku?"
Phillip tidak menjawab.
"Apa Adeline yang menceritakan semua itu padamu? Lalu kau percaya begitu saja padanya? Kau kira, aku tidak merasakan apa-apa saat kalian berdua terus menunjukkan hubungan pelik itu di depanku?"
"Di mana kau menyimpan perasaanmu, Sel?"
Dia bodoh. Dia sangat cerdik dan sangat bodoh di saat bersamaan. Dia sangat tenang dan sangat kacau.
"Di mana hati nuranimu saat kau membawa Adeline bersamamu dan tersenyum bersama wanita yang salah di depan kamera-kamera itu? Di mana akal sehatmu sehingga kau bisa memercayai perempuan itu, tapi tidak memercayai istrimu yang pergi dari tanah kelahirannya untuk mengikutimu kemari, ke mana pun engkau pergi? Di mana kau kira aku pergi jika tidak mengikuti seseroang yang telah menyimpan hatiku bersamanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...