Panas. Angin panas di mana-mana. Tidak ada pendingin ruangan. Hanya kipas angin di atas langit-langit kamar. Aku membuka jendela lebar-lebar. Oh, ini sedikit lebih baik. Aku membiarkan angin laut menyibakkan rambutku ke belakang punggung, sedangkan mataku terhipnotis oleh indahnya langit malam kala itu. Di atas sana terbentang kegelapan yang begitu luas. Bintang-bintang yang bersinar dan terlihat sangat dekat di atas kepalaku.
"Gazella!"
Suara itu!
Bagaimana aku bisa melupakan suara itu?!
Jangan kau nekat menyebut namanya meski nama pria itu masih memenuhi isi kepalamu. Aku berbalik untuk memastikan apa yang kudengar adalah siapa yang kupikirkan. Benar saja! Itu dia! Pria itu! Wajahnya masih sama, tubuhnya tinggi, besar. Pria itu sedang berada di tengah api. Tubuhnya terbakar. Anehnya, dia tetap berdiri dan menatapku dengan pandangan yang sama seperti terakhir kali kami bertemu.
"Lari, Gazella. Lari!"
"...!!"
Tidak ada suara yang keluar dari bibirku saat aku berusaha berlari ke arah pria itu untuk mencoba menyelamatkannya dari kobaran api yang sudah mengelilingi kami. Tapi seberapa pun kerasnya aku mencoba untuk berteriak, aku tidak bisa mengeluarkan apa pun. Pria itu kemudian menodongkan pistol ke arahku.
"Lari! Selamatkan dirimu, Gazella!"
Tapi kau sedang sekarat! Jika aku pergi sekarang, siapa yang akan menyelamatkanmu?!
"Ah, aku menemukanmu."
Tubuhku terjatuh di atas air. Dua tangan yang dingin melingkari perutku dari belakang. Aku mendongak untuk melihat itu tidak lain adalah Tuan Phillip. Lengkap dengan senyuman aristrokatnya yang khas. Di sekitar kami adalah pohon-pohon mati yang habis terbakar tenggelam dalam air. Anehnya, Tuan Phillip sama sekali tidak mendapati itu adalah hal aneh dan terus tersenyum. Ketika aku bermaksud untuk mengatakan padanya bahwa ada seseorang yang sedang terbakar, lagi-lagi tidak ada suara yang lolos dari mulutku. Aku bahkan bisa merasakan sesak napas, sesak yang akan kaurasakan di saat kau berada di dalam air terlalu lama. Aku berusaha mencari sosok pria itu, agar Tuan Phillip tahu apa yang kukhawatirkan, agar dia menyelamatkannya. Namun, berapa kali pun aku mencari, aku tidak bisa menemukan sisa dari keberadaan pria itu lagi.
"Kau mencari siapa? Aku di sini."
Tuan Phillip?
Pria itu menutup bibirku dengan sebelah tangannya yang besar. Benar-benar membekapku hingga aku makin kesulitan bernapas.
"Aku akan selalu bersamamu," bisiknya saat kami semakin tenggelam ke dalam lautan yang seakan tak memiliki dasar ini.
Sampai dari kejauhan aku melihat Monalisa mendatangi kami. Persis seperti waktu itu. Bedanya, kali ini aku sama sekali tidak bisa bergerak dan aku hanya bisa menyaksikan ikan hiu itu berenang cepat ke arah kami dan membuka mulutnya, menunjukkan gigi-gigi tajam mengerikan miliknya. Sedangkan mata hijau Tuan Phillip bersinar di hadapanku. Seakan dialah hewan buas yang akan menerkamku.
"OH!!!!"
Oh ...?
Aku duduk. Mengamati kedua telapak tanganku yang gemetaran.
"Apa-apaan?"
Mimpi yang sangat aneh. Dan mimpi itu benar-benar menyedot energiku lebih dari pekerjaan apa pun yang biasa kulakukan. Aku harus duduk sedikit lebih lama untuk menenangkan pikiran dan tubuhku. Lalu aku menyadari aku merasa haus bukan main. Tunggu, aku rasa, aku membutuhkan udara segar. Aku mengamati jendela, di mana nyanyian ombak terdengar menenangkan di luar sana.
Apakah jika aku membukanya ... pria itu akan menampakkan dirinya padaku seperti di mimpi?
Sayangnya saat aku mendekati jendela, aku segera menghentikan gerakan tanganku. Sayup-sayup aku bisa mendengar suara Tuan Phillip dari arah balkon di luar ruang tengah yang mana memang tidak jauh dari letak kamarku. Pria itu berbahasa dengan bahasa yang kurasa adalah bahasa Jerman, meski setelah aku dengar lagi dengan lebih seksama, bahasa yang digunakannya agak sedikit berbeda dari Albert, seorang teman desainerku di Jerman. Yang pasti adalah aku tak dapat mengartikan apa yang sedang dibicarakan Tuan Phillip dalam teleponnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomansaGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...