Seperti yang kuduga sebelumnya, Phillip memang betul tipe seseorang yang akan melakukan apa pun agar keinginannya menjadi nyata.
Dari Zurich, aku, Phillip dan tentu saja Winston, terbang ke Milan untuk melanjutkan acara bulan madu kami. Begitu aku bertanya, kenapa Milan, Phillip dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa dirinya menyukai kota Milan karena di sana dia melihat Fashion Week pertamaku. Dia sempat menyinggung sesuatu seperti terakhir aku pergi ke Milan, aku ditemani oleh pria lain dan dia ingin mengganti memori itu dengan memori baru dengannya. Phillip juga menambahkan, dia tidak ingin ada memiliki memori buruk di kota indah ini. Katakan aku penuh percaya diri, namun jika aku tidak salah menterjemahkan, itu berarti: 'Aku ingin melupakan kau pernah datang ke Milan dengan Jeremy. Kau datang ke Milan denganKU, bukan dengan pria lain'.
Phillip memiliki rumah kecil, semacam farm stay, di desa kecil yang terletak di bagian selatan kota Milan, Selvanesco. Tidak terlalu jauh dari pusat kota. Suasana pedesaan yang tenang dan damai ini seakan mempercepat proses penyembuhan hubungan kami yang sempat sakit dan membuat kami terluka. Dan dengan hubungan kami yang baru ini, yang mana jauh lebih aku sukai daripada sebelumnya kapan pun itu, aku membiarkan saja Phillip dengan kecemburuannya yang tidak beralasan itu. Yang jelas, Phillip menepati janjinya. Sejak kemarin, kami memiliki waktu bersama yang sangat baik. Bangun di ranjang yang sama, kali ini saling berhadapan, bukannya membatu di kedua sisi ranjang. Phillip juga tidak beranjak meski dia bangun terlebih dahulu. Dia ada di sebelahku saat aku terbangun. Dia akan tersenyum dan mengucapkan selamat pagi padaku. Tidak seperti biasanya di mana kami saling tertidur dengan memunggungi satu sama lain dan aku akan terbangun sendirian di pagi hari.
Seakan kami sama-sama sepakat untuk menjadikan momen ini sebagai waktu penting untuk mengenal satu sama lain, kami benar-benar menghabiskan waktu seharian bersama. Di pagi hari, kami memutuskan untuk kedua kalinya, memasak sarapan kami sendiri. Kalau diingat-ingat lagi, ini adalah yang kedua kali, setelah Phillip pernah menemaniku membuat sarapan di liburan pertama kami di Florida. Aku jadi tahu bahwa Phillip sama sekali menolak minuman dengan antioksidan tinggi seperti teh. Dia memulai harinya dengan kopi dan sarapan ringan. Tapi tentu, dia selalu lebih menyukai jus buah, jeruk, terutama. Sedangkan Phillip belajar jika aku selalu minum kopi espreso dan mendampinginya dengan donat. Makan Phillip memang tidak pernah banyak, dan Phillip sangat teliti dengan apa yang dia makan dalam dietnya. Mungkin, itu sudah menjadi bagian dari dirinya untuk selalu waspada terhadap sekitar, termasuk makananmu. Aku memang mendengar, beberapa keluarga kerajaan melarang anggota keluarganya untuk memakan beberapa makanan yang dianggap bisa membahayakan kesehatan mereka seperti kerang dan olahan laut lainnya. Phillip pun, sangat menjaga kesehatannya.
Karena dia lahir dan hidup bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk melayani negaranya.
Setelah sarapan dan berbincang-bincang sebentar, Phillip membawaku ke istal kuda yang ada di samping rumah. Dua kuda, jantan dan betina, hitam dan cokelat, keduanya sangat cantik, menunggu kami di sana. Ini adalah kali pertama aku mencoba menunggangi kuda. Aku takut ketinggian, dan demi pantat Joanne, kuda-kuda itu besar dan tinggi!
"Ini adalah kuda milik kerajaan. Angela yang memilihnya karena sejak kecil dia mahir berkuda," kata Phillip setelah ia berhasil membujukku untuk naik ke atas punggung kuda cokelat yang bernama Fiamma.
"Ini tinggi sekali, Phillip."
"Fiamma, yang cokelat ini, jenisnya adalah Thoroughbred, lebih mudah dijinakkan dan memang jauh lebih jinak daripada Massimo, si Morgan hitam cantik itu," ucap Phillip sambil menarik tali kendali dan menarik kami, aku dan Fiamma keluar. "Jadi, ini adalah pertama kalinya bagimu?"
"Yep," jawabku memegang tali kendali rapat-rapat.
Phillip terkekeh dan mengangguk, "Kau bisa menenangkan dirimu, Gisela, atau Fiamma akan menertawakanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...