Beruntung, Joanne tidak di sini untuk melihatku tidak berhenti meringis seharian seperti orang bodoh. Mana aku bisa menahannya. Isi pikiranku dipenuhi oleh kenangan dua hari lalu saat kami kembali ke Amerika. Aku tidak tahu apa aku dan Phillip akan berada di titik ini jika waktu itu aku tidak berani jujur kepadanya.
Jangan pergi juga, Phillip. Jangan biarkan mereka membunuhmu. Aku tidak bisa kehilangan lagi.
Seperti yang selalu Phillip lakukan setiap aku memintanya untuk membuat janji untuk tidak membahayakan dirinya, Phillip tidak menjawab apa pun. Kupikir dia akan menjejaliku senyuman palsu yang selalu ia pertontonkan itu. Namun, pagi itu, Phillip tidak menutupi wajahnya dengan ekspresi palsu apa pun. Phillip mempererat pelukannya, sementara dengan sebelah tangan pria itu menyimpan kepalaku di pundaknya yang dingin yang bergetar. Phillip selalu dingin, seakan pria itu tidak bisa menyerap hangatnya angin laut atau sinar matahari di sekitarnya. Dan dalam pelukan yang dingin itu, aku merasakan betapa berbedanya suhu tubuh kami. Itu membuat udara begitu nyaman. Hanya Phillip yang bisa membuatku merasa senyaman itu. Membuatku mabuk hingga aku tidak sadar aku sedang berada dalam cumbuannya.
Untuk pertama kali, Phillip menyentuhku dengan intim pagi itu. Aku menerimanya, mengundangnya untuk mengambil lebih banyak. Kami mengadu cinta hingga sore hari. Dan Phillip sama sekali tidak melepaskanku. Dia bilang dia mencintaiku dan dia bilang tidak akan meninggalkanku seperti semua pria yang berharga bagiku pergi sesuka hati mereka. Phillip berulang kali mencium wajahku dan bilang padaku untuk tidak pergi karena dia tidak akan pergi ke mana-mana selain ke pelukanku. Dan itu sangat manis.
"Sepertinya kau sedang membayangkan sesuatu yang menarik, Gisela."
"Berhenti mencoba membaca pikiranku atau siapa pun, Angela. Kau akan menguak jati diri aslimu."
"Sebagai seorang penyihir?"
"Ya."
Angela tertawa puas. Dia dari tadi memang menertawakanku diam-diam. Bahkan aku sendiri di masa depan akan menertawakan diriku sendiri yang merasa sangat canggung berada di tempat ini sekarang. Aku tidak percaya aku akan berada di pesta para bangsawan wanita. Tidak juga pernah membayangkan akan berpartisipasi di dalamnya. Aku sedang hadir di sebuah pesta minum teh. Angela mengajakku untuk menghadiri acara ini tepat setelah aku menginjakkan kaki ke Vaduz. Lihatlah dia, tertawa anggun dan menyesap tehnya sambil menikmati harum minuman itu layaknya sebuah lukisan klasik. Angela benar-benar seperti wanita berbeda hari ini. Dia tampil lebih formal dari biasanya dengan memakai dress sepanjang lutut berwarna ungu dengan motif bunga kecil-kecil, lalu fascinator hat berwarna senada bertengger di sisi kiri kepala, sedangkan rambut sewarna emas miliknya digelung tinggi memamerkan leher jenjang miliknya. Dengan pencahayaan yang tepat, aku akan merasa diriku berada dalam sebuah projek photoshoot dengan Angela sebagai model utamanya. Aku masih heran bagaimana kekasih Angela, pria Afganistan yang juga dikenal—oleh sebagian masyarakat Liechenstein kenal sebagai teroris itu— bisa dengan kejamnya meninggalkan wanita secantik Angela sendirian setelah meluluhkan hatinya. Aku mulai berpikir bahwa pria itu memanglah seorang tokoh jahat dalam kisah mereka. Namun, pikiran itu segera binasa begitu aku mengingat bagaimana Phillip berada di pihaknya dan bilang bahwa tuduhan pada pria itu adalah omong kosong.
"Yang Mulia, apakah ada yang kurang berkenan?" tanya seorang wanita tua di sampingku. Dia adalah seorang duchess di kerajaan Belanda. Seorang wanita tua yang ramah dan baik. Satu-satunya orang yang mengajakku bicara duluan bahkan sebelum tahu nama belakangku.
"Oh, Duchess Marion, tidak ada yang salah. Saya hanya berpikir apa kue yang disajikan itu adalah kue almond."
"Kita tidak akan tahu jika tidak mencoba. Kue itu adalah kue kenari, pelayan dari Countess Euginia sangat terampil dalam membuat kue-kue itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
RomanceGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...