ASTAGA, apa yang harus aku lakukan sekarang, ya Tuhan?!
Teriakan seorang pria yang sama sekali tidak akrab di telingaku itu terus menerus mencari keberadaan Phillip. Suara yang mengambang, nadanya naik turun tidak jelas, jelas si perampok yang menyusup ke rumah ini sedang mabuk. Dan yang paling mengerikan adalah terkadang suara itu terdengar dekat sekali dari balik pintu kamar di mana aku sedang mengurung diri.
"Lihatlah diriku ini sudah datang untuk menemuimu. Lampunya sedang menyala, aku tahu kau di dalam sini," ujar pria itu lagi sambil terkekeh-kekeh tidak jelas. "Oh, mio dio! Mi fa cosi male la testa, vecchio amico." (Oh, Tuhanku! Kepalaku sakit sekali, teman lama!)
Tanganku mulai gemetar saat si penyusup mulai menggerutu dengan bahasa ibunya yang tidak terlalu kumengerti. Bagaimana pria itu bisa masuk? Apa dia adalah seorang teman yang telah diundang ke rumah peristirahatan milik Phillip ini? Tidak, tidak, Gisela! Teman tidak melubangi tubuh temannya sebagai sapaan. Aku berusaha bergerak sepelan mungkin, menempelkan telingaku di bilik pintu.Dari apa yang kudengar, pria itu kelihatannya sedang berjalan mondar-mandir. Asal suaranya berubah-ubah. Apakah pria ini sendirian? Apa dia bersenjata? Apa dia menginginkan uang? Apa aku harus tetap diam dan menunggu di sini? Bagaimana jika perampok ini mendobrak masuk pintu kamarku dan membuatku tidak memiliki ruang untuk melarikan diri? Baiklah, sudah diputuskan! Aku harus mencari sesuatu yang cukup berat atau setidaknya layak untuk dijadikan senjata atau alat untuk melindungi diri, keluar dari kamar dan menghajar pria itu selama dia masih di bawah pengaruh alkohol. Kau pasti bisa, Gisela! Jangan panik, jangan mengacaukannya. Kau pasti bisa melewati ini!
Sayangnya, berapa kali pun aku mencoba mencari, aku tidak bisa menemukan apa pun yang sekiranya bisa kugunakan sebagai senjata di ruangan istirahat ini. Sambil mencoba untuk tetap mempertahankan akal sehatku, mataku memindai satu per satu barang yang ada di kamar sekali lagi; bantal, selimut, meja rias, kaca. Kaca? Andai aku bisa memecahkannya tanpa suara, aku bisa membuat pecahannya menjadi senjata. Tapi bagaimana aku bisa memecahkan kaca tanpa bersuara?
"Bir sialan tidak bisa membuatku mabuk. Cazzo!"
Maaf, tuan perampok, tapi kau jelas-jelas mabuk dari suaramu yang melantur itu!
Gumaman itu diikuti dengan suara benda berat seakan terjatuh di atas sofa. Dan sofa itu memang tidak jauh dari pintu kamar di mana aku berada. Setelah itu aku tidak mendengar apa pun lagi selain suara dengkuran yang makin lama makin keras dan teratur. Jangan bilang ... si pembobol itu tertidur di rumahku begitu saja? Oke, Gisela, ini kesempatan emasmu. Kau harus tenang dan dalam ketenangan itu, aku hanya mampu memikirkan satu hal. Sebuah pitcher yang semalam kuisi dengan air mineral dan Phillip meneguknya separuh tadi pagi. Aku melihat hanya beda itu yang bisa kugunakan sebagai senjata. Dan aku yakin, aku tidak bisa diam menunggu dia untuk bangun dan menemukanku. Jadi, inilah kesempatan terbaik bagiku untuk melarikan diri! Mungkin sedikit menghajarnya juga.
Aku mengambil jas milik Phillip yang tergantung di standing hanger, kemudian memakainya dan memasukkan benda-benda pribadi yang harus kubawa jika skenario terburuknya adalah aku harus melarikan diri keluar rumah. Setelah memastikan ponsel dan dompet sudah berada di dalam saku jas milik Phillip, aku memakai jas itu, kemudian membawa pitcher dengan kedua tangan. Setelah selesai berdoa untuk kesekian kalinya, dengan sangat perlahan, aku membuka kunci kamarku dan mengintip keluar. Rencanaku tidak akan berjalan dengan baik jika ternyata si penyusup ini membawa teman bersamanya. Dan sejauh aku melihat ke seluruh penjuru ruangan di luar kamarku, tidak ada tanda-tanda orang lain dan tidak ada suara lain selain dengkuran pria yang tertidur di sofa. Kakinya panjang dan menjuntai lemas di salah satu sisi sofa. Tapi sialnya, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Penyusup itu mematikan lampu agar dia bisa tidur dengan nyenyak di ruang tengah. Dia pikir dia siapa?! Dan bagaimana dia bisa tahu di mana sakelarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Brown (COMPLETED)
Любовные романыGisela Brown tak pernah menyangka ia akan mengalami hal ini. Ia, seorang wanita berkulit hitam, Afrika-Amerika, sedang melihat seorang pria berkulit putih, tengah menatapnya hangat dan dramatis, dan berkata bahwa pria itu menginginkannya. Tidak, s...